Termaktublah dalam Al-Qur'an, akan kisah penyesalan penghuni neraka kala mengetahui miskinnya mereka dari kawan yang shalih yang dapat menyelamatkan diri mereka dari api neraka.

فَمَا لَنَا مِنْ شَافِعِينَ * وَلا صَدِيقٍ حَمِيمٍ
"Maka kami tidak memiliki pemberi syafaat, pula tak memiliki sahabat yang menolong." (QS. Asy-Syu'aro: 101) 
Itulah kalimat penyesalan yang terlontar dari lisan orang yang ingkar, akan tertutupnya kesempatan mereka, akan keputus asaan mereka terhadap pedih siksa-Nya.

Tiada anggota keluarga yang menebus mereka dari neraka. Tiada saudara yang membela mereka di peradilan Rabb-Nya. Pun tiada kawan yang mengangkat mereka dari dalam dan gelap neraka-Nya.

Ialah keputus asaan di atas putus asa, kesendirian di atas kesendirian, ketika tak didapati seorangpun penolong datang menghampiri. Ialah kerugian di atas kerugian, ketika sejamak kawan dan sahabat di dunia meninggalkan begitu saja, membiarkan diri ini sendiri, menghadapi balasan keburukan, atas apa yang dulu ia lakukan. Maka ialah kawan yang buruk, sahabat yang jahat.

Sepahit penyesalan di akhirat sana, ialah ketika kau dapati temanmu yang dulu bersama tertawa, sahabatmu dalam foya kehidupan dunia, yang membersamaimu dalam candu-candu nafsu, kau dapati di akhirat sana tak memberi manfaat kepadamu. Tak membantumu atau menyelamatkanmu dari kegelapan hari pembalasan. Atau bahkan pertemanan menjadi permusuhan. Ikatan sahabat menjadi serapah laknat, untuk mereka yang bersahabat dalam lembah maksiat. Untuk mereka yang berteman dalam keharaman.  Berfirman Allah Ta'ala:
الأخلاء يومئذ بعضهم لبعض عدو إلا المتقين 
"Persahabatan pada hari itu sebagian menjadi musuh yang lain, kecuali orang-orang yang bertaqwa." (QS. Az-Zukhruf: 67)
Kecuali orang yang bertaqwa. Dengan pertemanan yang berikatkan iman, dalam persabatan yang berbalutkan ketaqwaan. Dalam kecintaan mereka kepada saudaranya, saling menasihatkan dan berwasiat dalam tiap sua jumpa. Dalam kerinduan terhadap kebaikan untuk saudaranya, saling mendoakan dalam tiap khusyu' munajat kepada Rabb-Nya. Dalam kesadaran akan hinanya diri, ia tahu, membersamai orang-orang shalih akan menjadi "ghanimah", permata temuan terindah sepanjang "hayah", akan menjadi pelipur suka duka kehidupan dunia.

Dalam kesadaran diri, meski diri tidak se-shalih teman sepersahabatan, meski diri berlumpurkan dosa bermandikan hina, ia berusaha dan mendamba agar rajutan persaudaraan iman di dunia, agar kisah cinta terhadap saudara di atas jalan-Nya, akan menjadi penolong di kehidupan akhiratnya, akan jadi sebab keselamatan diri dari api neraka.

Berkata Hasan Al Bashri: "Jika telah masuk penghuni surga ke dalam surga, dan telah masuk penghuni neraka ke dalam neraka, penghuni surga berkata: "Wahai Rabbku, di manakah si fulan kawanku, di manakah si fulan sahabatku? tak kulihat ia bersama kami di surga” maka dikatakan padanya, "temanmu berada di neraka" Penghuni surga itupun menyeru kepada Allah: "Wahai Rabbku, Wahai Rabbku, tidaklah sempurna kelezatan surga ini kecuali fulan bersamaku" Maka Allah pun memerintahkan agar si fulan dikeluarkan dari neraka dari sebab kawannya yang shalih"

Maka bersamailah kawan-kawan shalihmu, bersabarlah dalam pergaulan dengan para sahabat shalihmu, meski tak sejurus nafsu menginginkan, meski tertatih langkahmu berulang terjatuh dalam kemaksiatan, bagaimanapun keadaanmu, seberat apapun permasalahanmu, bersamailah sahabat-sahabat shalihmu, Dengan begitu, semoga, esok di hari peradilan-Nya, kala berat diri mempertanggungjawabkan di hadapan-Nya, dalam kesendirian, semoga, terluncur permintaan dari kawan shalihmu di dunia menyebut nama kita, "Wahai Rabb kami, hamba-Mu fulan, dulu dia pernah mengingatkan kami untuk mengingat Engkau” Hingga kemudian Allah selamatkan kita, dengan sebab sahabat-sahabat shalihmu.

Sekisah Ibnul Jauzi ketika ia berkata kepada kawan-kawannya, ”Jika kalian tidak menjumpaiku di surga, tanyakanlah tentang aku kepada Allah. Katakanlah: ’Wahai Rabb kami, hamba-Mu fulan, dulu dia pernah mengingatkan kami untuk mengingat Engkau.” Kemudian beliau menangis.

Maka bersamailah kawan-kawan shalihmu, pegang erat mereka, hingga kau berjumpa dengan RabbMu.

Untuk kawan-kawanku yang senantiasa mengingatkan dalam kebaikan: jazakumullah khayran. Semoga berlanjutlah pertemanan ini, dalam senikmat-nikmat tempat kembali bersama lezatnya kenikmatan abadi, di surga Ilaahi Rabbi.

Tim Majeedr Jogja, menjelang bulan dzulhijjah
Facebook : Majeed Reporters Dawah