Kemarin saya menonton video di TED yang berjudul “Less Stuff, More Happiness” yang disampaikan oleh Graham Hill.

Dalam video yang berdurasi hanya 6 menit-an itu, selain berargumen bahwa dengan semakin sedikit barang yang dimiliki maka seseorang akan semakin bahagia, Hill juga menyampaikan bahwa dalam kurun 50 tahun terakhir kebutuhan orang Amerika akan space (tempat) meningkat tiga kali lipat, karena semakin banyaknya barang yang mereka miliki.

Setelah melihat video ini kemudian saya bergumam, mungkin memang trennya di negara maju demikian: orang-orang memang dibuat nyaman untuk memiliki banyak benda. Saya merasakan sendiri. Semenjak tinggal di Inggris, rasanya untuk mendapatkan barang-barang di sini sangat mudah dan memang dibuat menggiurkan. Dibuat mudah mulai dari yang online seperti Ebay dan Amazon, tinggal klik-klik, barang langsung diantar ke rumah. Hingga yang tidak online seperti carboot, di mana orang menjual barang-barang second hand dengan harga murah. Juga dibuat menggiurkan karena banyaknya peralatan yang canggih (seperti DIY dan perlengkapan dapur), display department store yang memanjakan, dan metode pembayaran yang mudah (tidak perlu membawa banyak cash, cukup debit card).

Belum lagi kalau melihat bagaimana peralatan didiferensiasi: untuk mencabut daun stroberi ada alat khususnya, untuk nggeprek bawang ada alat khususnya, untuk mengupas kentang ada alat khususnya, untuk menguliti wortel juga ada alat khususnya. Orang-orang memang diajak untuk memiliki banyak benda.

Hill juga memberikan beberapa tips agar seseorang bisa bahagia dengan personal belongingnya, salah satunya adalah dengan menghadirkan “multifunctional spaces and housewares”. Contohnya mungkin seperti para orang tua kita dulu, punya alat multifungsi untuk memotong daun stroberi, nggeprek bawang, mengupas kentang, ngupas wortel: PISAU.

On top of that, sebagai seorang Muslim, saya juga kemudian teringat bahwa selain akan semakin bahagia di dunia, seseorang yang memiliki barang yang sedikit juga berpeluang akan semakin bahagia ketika kiamat kelak, karena proses hisabnya akan semakin singkat.

Sepatutnya seorang Muslim mengingat bahwa setiap benda yang dimilikinya kelak akan ditanyai: dari mana ia dapatkan (apakah dengan cara yang benar) dan untuk apa ia gunakan (apakah digunakan untuk kebaikan).

Rasulullah bersabda,

“Kedua telapak kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sampai dia ditanya tentang umurnya untuk apa dia habiskan; tentang ilmunya apa yang telah dia amalkan; tentang hartanya, dari mana dia dapatkan dan pada perkara apa dia pergunakan; serta tentang badannya, pada perkara apa dia gunakan.” (HR. at-Tirmidzi; Lihat Silsilah ash-Shahihah 2/666)