Tiada perlu sebuah prosesi belah dada untuk percaya apa yang
kurasa.
Tiada pula perlu kuucap sumpah serapah.
Kini semua sudah tak lagi
samar, bukan?
Mari mendekat.
Bukankah telah sejak lama aroma kerinduan ini
merebak hebat?
Dan kau masih saja pura-pura tak menciumnya.
Mengapa kenaifan
itu terus kaupelihara?
Dalam keluguan, kau terus diam tanpa kata yang bermakna.
Memaksaku bisu tanpa aba-aba.
Memaksaku bisu tanpa aba-aba.
Tengoklah,
Di sini berdiri aku,
Yang setiap hari mencoba mencuri sekelebat bayanganmu
Memunguti sisa-sisa senyum yang kau lempar sebentar
Remah-remah kepergian yang menjauhkanmu,
--
Dikutip dari sajak berjudul Andai karya Azhar Nurun Ala, dalam bukunya Jatuh.
COMMENTS