Mengapa Sulit?[1]
Aku bahagia sore ini, ketika awan
hitam yang bergelayutan sejak tadi siang akhirnya hadirkan hujan. Meski aku
berkesimpulan bahwa tak ada harapan bisa beraktifitas di luar sesuai yang direncanakan,
aku bahagia bisa menyium semerbak aroma kerinduan tanah pada hujan.
Aku bahagia sore ini, ketika ku
ambil cangkir, lalu ku masukkan kopi dan air panas. Sambil kuseruput, aku
bisikkan pada kopi, “Aromamu tak kalah dari aroma dua makhluk yang saling
merindu ini”.
Aku bahagia sore ini, ketika ku
buka selembar kertas di laptopku lalu ku tulis deretan aksara, yang kadang bisa lebih
jujur dari apa pun. Kalau tidak hujan, mungkin tak ada aksara yang terukir jadi
kenangan.
Mengapa sulit bagi kita untuk
bersyukur atas segala keadaan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar