Tersebutlah kisah tentang enam orang dari Bani Tsaqif yang datang ke Madinah untuk menemui Rasulullah.
Mereka adalah delegasi kaumnya untuk berunding dengan Rasulullah tentang rencana mereka untuk menerima Islam. Bani Tsaqif merasa terdesak untuk memeluk Islam, karena pada akhir-akhir hayat Rasulullah, kabilah-kabilah di jazirah Arab berbondong-bondong memeluk Islam.
Rasulullah menyediakan tenda-tenda di masjid untuk tempat tinggal mereka selama di Madinah. Dari tenda ini mereka dapat mendengarkan Al-Qur’an dan melihat bagaimana kaum muslimin melaksanakan salat. Setiap pagi selama tinggal di sana, lima dari enam orang ini pergi menemui Rasulullah untuk berunding tentang syarat-syarat yang mereka ajukan jika mereka menerima Islam. Utsman bin Abi Al-Ash Ats-Tsaqafi lah yang mereka perintahkan untuk tinggal berjaga di tenda, karena Utsman adalah yang paling belia di antara mereka.
Utsman bin Abi Al-Ash adalah pemuda yang hanif jiwanya dan bersemangat atas ilmu. Karena tidak bisa ikut menemui Rasulullah pada pagi hari, ia pun memanfaatkan kesempatan di siang hari ketika lima orang rekannya telah pulang dan ingin tidur siang di tenda.
Di siang yang terik, sendirian Utsman mencari Rasulullah dan meminta beliau membacakan Al-Qur’an dan mengajarinya tentang Islam. Apabila pada suatu hari didapatinya Rasulullah sedang tidur, iapun mencari Abu Bakar lalu juga meminta Abu Bakar untuk membacakan Al-Qur’an dan mengajarinya tentang Islam.
Utsman kemudian pulang ke kampungnya membawa ilmu yang paling banyak jika dibandingkan dengan rekan-rekannya yang lain.
Tak lama setelah Bani Tsaqif menerima Islam, wafatlah Rasulullah. Banyak dari kabilah-kabilah Arab ketika itu yang murtad. Bani Tsaqif termasuk di antara yang telah berbulat tekad untuk juga murtad pada awalnya.
Namun Utsman bin Abi Al-Ash dengan keilmuan dan keimanannya yang kokoh pun dengan lantang berkhutbah kepada kaumnya dan berkata,
Kisah ini disebutkan oleh Syaikh Al-Mubarakfuri di dalam Rohiqim Makhtum.
*******
Ilmulah yang akan mengokohkanmu atas berbagai cobaan di akhir zaman ini. Allah berfirman, yang artinya:
Mereka adalah delegasi kaumnya untuk berunding dengan Rasulullah tentang rencana mereka untuk menerima Islam. Bani Tsaqif merasa terdesak untuk memeluk Islam, karena pada akhir-akhir hayat Rasulullah, kabilah-kabilah di jazirah Arab berbondong-bondong memeluk Islam.
Rasulullah menyediakan tenda-tenda di masjid untuk tempat tinggal mereka selama di Madinah. Dari tenda ini mereka dapat mendengarkan Al-Qur’an dan melihat bagaimana kaum muslimin melaksanakan salat. Setiap pagi selama tinggal di sana, lima dari enam orang ini pergi menemui Rasulullah untuk berunding tentang syarat-syarat yang mereka ajukan jika mereka menerima Islam. Utsman bin Abi Al-Ash Ats-Tsaqafi lah yang mereka perintahkan untuk tinggal berjaga di tenda, karena Utsman adalah yang paling belia di antara mereka.
Utsman bin Abi Al-Ash adalah pemuda yang hanif jiwanya dan bersemangat atas ilmu. Karena tidak bisa ikut menemui Rasulullah pada pagi hari, ia pun memanfaatkan kesempatan di siang hari ketika lima orang rekannya telah pulang dan ingin tidur siang di tenda.
Di siang yang terik, sendirian Utsman mencari Rasulullah dan meminta beliau membacakan Al-Qur’an dan mengajarinya tentang Islam. Apabila pada suatu hari didapatinya Rasulullah sedang tidur, iapun mencari Abu Bakar lalu juga meminta Abu Bakar untuk membacakan Al-Qur’an dan mengajarinya tentang Islam.
Utsman kemudian pulang ke kampungnya membawa ilmu yang paling banyak jika dibandingkan dengan rekan-rekannya yang lain.
Tak lama setelah Bani Tsaqif menerima Islam, wafatlah Rasulullah. Banyak dari kabilah-kabilah Arab ketika itu yang murtad. Bani Tsaqif termasuk di antara yang telah berbulat tekad untuk juga murtad pada awalnya.
Namun Utsman bin Abi Al-Ash dengan keilmuan dan keimanannya yang kokoh pun dengan lantang berkhutbah kepada kaumnya dan berkata,
“Wahai Bani Tsaqif! Kalian merupakan orang-orang yang paling akhir masuk Islam, maka jangan sekali-kali kalian menjadi orang-orang yang pertama kali keluar dari Islam!”Mendengar itu, Bani Tsaqifpun mengurungkan niat mereka dan tetap istiqomah di jalan Islam. Utsman bin Abi Al-Ash, dengan keilmuan dan keimanannya, telah mengokohkan kembali kaumnya di atas Islam.
Kisah ini disebutkan oleh Syaikh Al-Mubarakfuri di dalam Rohiqim Makhtum.
*******
Ilmulah yang akan mengokohkanmu atas berbagai cobaan di akhir zaman ini. Allah berfirman, yang artinya:
“Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: 'Kami beriman kepadanya (Al-Qur’an), semuanya berasal dari sisi Tuhan kami'.” (QS. Ali Imron: 7)
“(Mereka—orang-orang yang mendalam ilmunya—berdo’a): ‘Wahai Tuhan kami, janganlah engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami. Karuniankanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi’.” (QS. Ali Imron: 8)