“Siapakah yang lebih baik bagiku daripada Abu Salamah?”

Itulah kalimat yang diucapkan oleh Ummu Salamah ketika suaminya tercinta harus kembali ke hadapan Rabb-nya.

Tak ada. Tak ada suami yang lebih baik dari suaminya, pikir Ummu Salamah, tersebab teramat besar kecintaannya terhadap Abu Salamah.

Berulang-ulang kalimat itu diucapkannya setelah wafatnya Abu Salamah, hingga akhirnya ia teringat kepada do’a yang diajarkan oleh Rasulullah untuk diucapkan ketika tertimpa musibah:

 إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ – اَللَهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي، وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا
INNAA LILLAAHI WA INNAA ILAIHI RAAJI’UUN – ALLAHUMMA’-JURNII FII MUSHIIBATII, WA AKHLIFLLII KHOIRAM MINHAA

“Ya Allah, berikanlah pahala kepadaku atas musibah yang menimpaku, dan gantikanlah aku dengan yang lebih baik dari pada musibah ini.”

Maka tak lama setelah itu, datanglah manusia terbaik setelah para Nabi, Abu Bakar, untuk melamarnya. Namun ia enggan menerimanya. Datang pula sahabat Nabi terbaik kedua, Umar, untuk melamarnya. Namun ia juga enggan. Hingga akhirnya Allah datangkan manusia terbaik yang pernah ada, Rasulullah, untuk melamarnya—sebagai ijabah atas do’anya. Dan ia pun kemudian menikah dengan Rasulullah.

Tak pernah sebelumnya Ummu Salamah menyangka bahwa ia akan mendapatkan suami pengganti yang lebih baik dari Abu Salamah.

Dan hari ini, kami kehilangan rumah sewa yang kami cintai.

Rumah pertama yang kami tempati setelah menikah ini tak bisa lagi diperpanjang kontraknya, sehingga hari ini kami harus pindah ke rumah sewa yang lain.

Kami hanya berharap, rumah sewa pengganti yang nanti akan kami tempati akan lebih baik daripada rumah sewa pertama ini.

nb: TV-nya cuma pernah dipake buat nonton Yufid TV