Kalau melihat teman-teman di sini yang berasal dari Afrika yang tampak hanif jiwanya, yang melazimi sunnah Nabi, bersemangat atas kebaikan, dan seringnya paling buncit meninggalkan masjid di waktu subuh karena panjangnya zikir pagi mereka, saya sering teringat pada Raja Najasyi, penguasa Ethiopia di zamannya.

Dialah raja yang hanif jiwanya—yang mau menerima kebenaran dari Allah yang dibawa oleh Rasul-Nya. Pernah suatu ketika Raja Najasyi meminta Ja’far bin Abi Thalib untuk membacakan ayat-ayat dari Al Qur’an dan Ja’farpun membacakan surat Maryam. Maka tatkala mendengar lantunan ayat tersebut berlinanglah air mata Raja Najasyi hingga basah jenggotnya. Begitu juga dengan para uskup yang ada di sekitarnya, hingga basahlah lembaran-lembaran kitab suci yang ada di tangan mereka.

Raja Najasyi kemudian berkata, “Sesungguhnya, apa yang dibawa oleh Nabi kalian dan apa yang dibawa oleh Isa bin Maryam berasal dari satu sumber.” [1]

Bahkan kadang saya berfikir, barangkali mereka-mereka yang saya lihat itu adalah keturunan Raja Najasyi yang mulia ini.

***

Bukanlah kemuliaan itu terletak pada warna kulit kita. Bukan pula pada harta. Akan tetapi kemuliaan adanya pada takwa. Betapa mulia mereka yang telah menghiasi dirinya dengan takwa.

***

[1] Lihat riwayat tentang kisah ini di dalam kitab Al Rohiqin Makhtum.