Ini tentang brother Daniel, yang pada saat video ini buat, dia baru memeluk Islam selama 8 tahun. Menariknya, di usia keislamannya itu, dia telah mengerti bahasa Arab (sekitar 70-80%) dan telah memeliki ijazah atas qiroah Al Qur’annya.

Ia belum bekerja sebagai polisi pada saat ia memutuskan untuk memeluk Islam. Pekerjaannya sebagai polisi bermula ketika suatu hari seseorang dari kepolisian datang ke masjid tempat ia melaksanakan solat dan menginfokan bahwa ada lowongan pekerjaan bagi yang beragama Islam untuk menjadi polisi. Ia pun memutuskan untuk mendaftar. Yang menarik dari cerita ini adalah ketika dia mengajukan tiga persyaratan berikut pada wawancara di dalam proses seleksi:

1. Ia harus bisa solat Jumat di masjid 100%
2. Ia harus bisa solat lima waktu on time
3. Ia harus diizinkan untuk memelihara janggutnya, karena dia merasa itu adalah identitasnya sebagai seorang muslim.

Lagi-lagi saya dibuat termangu. Ia yang ketika itu baru beberapa waktu memeluk Islam bisa dengan percaya diri mengajukan persyaratan yang demikian, sedangkan sebagian kita yang telah lama memeluk Islam terkadang rela mengorbankan syiar agama demi mendapatkan pekerjaan.

Benarlah kata seorang teman, di hadapan muallaf itu, seringnya kitalah yang menjadi “muallaf”. Muallaf artinya adalah mereka yang dilembutkan hatinya agar semakin mantap keimanan dan keislamannya, yang status ini biasanya melekat pada orang-orang yang baru memeluk Islam. Namun, di hadapan orang-orang yang baru memeluk Islam ini, seringnya hati kita—yang telah lama memeluk Islam—lah yang menjadi lembut karena melihat semangat dan kehanifan diri mereka.

Simak cerita lengkap brother Daniel di video terlampir. Simak bagaimana iya menceritakan tangisannya di dalam sujudnya ketika awal ia melaksanakan solat.

https://youtu.be/b6sHXBorxx8