Gambar yang saya upload ini adalah status salah satu rekan saya di Path-nya.
Saya juga kemarin melihat Ustadz Ahmad Zainuddin yang menangis menceritakan perjuangan seseorang untuk menginjakkan kakinya ke tanah suci https://www.youtube.com/watch?v=emkeHeNBQsM
Melihat beberapa postingan rekan-rekan di media sosial tentang ibadah haji beberapa waktu belakangan, membuat saya merenung: sudah seberapa saya berniat dan berjuang untuk menunaikan haji ke tanah suci?
Saya tidak tahu, apakah ini karena konstruksi sosial kita di Indonesia, ataukah memang syubhat yang ditanam oleh setan di kepala saya, sedikit banyaknya saya memang berfikir: urusan haji itu urusan nanti. Nanti kalau sudah tua. Kalau sudah mapan. Kalau sudah memiliki rumah. Sudah memiliki mobil. Dan seterusnya. Seakan lupa bahwa naik haji itu adalah rukun islam kelima. Seakan lupa bahwa haji itu sama wajibnya dengan syahadat, shalat, puasa, dan zakat. Dan seakan lupa bahwa kematian mungkin saja datang, sedang saya belum melaksanakan salah satu rukun Islam tersebut.
Saya hanya takut, ketika kelak di hari kiamat Allah menanyai saya tentang apa usaha yang telah saya lakukan untuk mendatangi rumahnya di tanah suci. Kalaulah bisa berkilah dengan “bukankah hanya bagi yang mampu? Saya belum mampu”. Tapi hati sendiri pun tahu bahwa itu dusta. Kenapa mampu berwisata dari kota ke kota, dari negeri ke negeri, sedang mendatangi tanah suci tak mampu? Kenapa mampu menyisihkan harta untuk ini dan itu, untuk membiayai perjalanan haji tak bisa?
Semoga kita mampu untuk meniatkan diri dan berupaya semampunya untuk berhaji ke tanah suci, minimal dengan memulai menabung rutin. Perkara kapan akan ke tanah suci, kita berserah diri kepada Allah. Yang penting Allah telah melihat usaha kita. Dan ketika kelak ditanyainya, kita telah mempunyai jawaban, “kami telah berusaha ya Allah”.
Dan semoga pula semangat kita tak kalah dengan semangat para tukang becak, tukang bubur, dan para pengusaha kecil lainnya yang telah berpuluh tahun menabung untuk menjejakkan kaki di tanah Nabi.
Tidakkah kita rindu untuk hadir di Ka’bah sambil berseru
“Kami datang yaa Allah. Kami datang memenuhi panggilanmu”Dengan begitu, semoga pula Allah berkenan menyeru kita, “Hai jiwa-jiwa yang tenang…kembalilah engkau kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoinya.. Maka masuklah engkau ke dalam golongan hamba-hambaku… dan masuklah engkau ke dalam surgaku..” (Al Fajr 27-30)
*****
Allah berfirman yang artinya, “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah maha kaya atas semesta alam.” (Ali ‘Imran: 97).
Umar bin Khatthab pernah berkata: “Sungguh aku berkeinginan untuk mengutus beberapa orang ke setiap kota untuk meneliti siapa saja yang memiliki harta namun tidak menunaikan haji, kemudian jizyah diterapkan atas mereka karena mereka itulah yang dimaksudkan Allah dalam firman-Nya yang artinya, “Barangsiapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah maha kaya atas semesta alam” (Tafsir Al Qurthubi 4/153).
*****
Baca tentang bagaimana “gampangnya” menabung untuk haji dan membuka rekening haji pada tulisan rekan saya berikut: https://www.facebook.com/ristiyan.ragil/posts/10152769191748190 --
18:14 GMT, March 17, 2015. Drummond Building, Newcastle University.
COMMENTS