Saban ahad anak-anak kecil yang tinggal di gang tempat kami tinggal, datang ke rumah kami. Ada yang mulai datang sejak hari belum benar-benar terang, sekitar pukul enam. Dan jumlah yang datang terus bertambah satu per satu beriring bertambahnya terang hari.
Anak-anak ini mayoritasnya adalah teman-teman bermainku. Namun ada juga yang tidak aku kenal siapa. Mereka sengaja datang ke rumah kami karena ingin menonton rangkaian acara film kartun di pagi minggu. Tidak semua orang punya TV ketika itu. Punya pun, masih hitam putih. Tidak seperti TV kami yang berwarna. Berwarna pun, ukurannya kecil dan belum menggunakan remote. Tidak seperti TV kami yang besar dan sudah bisa menggunakan remote untuk menggonta-ganti channel.
Tidak banyak suara ketika kami semua menonton. Hening. Itu mungkin karena kami begitu menikmati acara pagi minggu itu—berbicara hanya mengurangi konsentrasi kami menikmatinya. Bahkan ketika iklan pun sebagian dari kami tetap kelu. Mungkin karena mereka jarang-jarang melihat TV, sehingga melihat iklan pun berasa nikmat.
Semua program minggu pagi waktu itu kami tonton secara marathon—jiban, mojacko, power rangers, satria baja hitam, dragon ball, dll. Kalau semuanya telah habis, baru lah mereka menarik diri. Aku tak ingat persis jam berapa, yang pasti sebelum tengah hari tiba.
Sambil meninggalkan rumah kami, tak jarang teman-teman masa kecilku itu mempraktikkan jurus, action, atau perkelahian-perkelahian di acara-acara yang tadi telah mereka nikmati, dengan tambahan sound effect yang mereka buat-buat sendiri dari mulut mereka.
*****
Itulah salah satu episode kenanganku di masa kecil. Dan kini kulihat diriku yang sekarang, betapa jauh aku telah berjalan.
*****
Teman, marilah kita bersyukur atas siapa kita hari ini. Karena kita hari ini adalah akumulasi segala nikmat yang telah Allah berikan di hari-hari yang telah lalu.
05:02 GMT, 12 Dec 2014, Drummon Building, Newcastle University.
Syukur (4)
TAGS :
COMMENTS