Pesta Hujan[1]
Tunggu aku.
Begitu banyak prosesi yang telah kusiapkan untuk pesta hujan kita nanti:
Mulai dari memandangi bagaimana langit memendung, merasakan angin berdesau, mengindrai wangi tanah yang membumbung, lalu menyaksikan bagaimana hujan mulai merubung tanah dengan rinainya.
Kalau kau mau, kita juga bisa berlari-lari di dalamnya. Lalu berhenti untuk berdekapan erat. Tak ada yang perlu kita sembunyikan di rinai hujan itu. Kita bisa menghambur air mata. Kita tak perlu segan menangis. Hujan itu yang akan menjadi ruang bagi kita berbicara tanpa perlu ada keberpuraan. Dan aku akan berkata:
“Lihatlah, ada hujan di sekeliling kita.”


[1] Hujan Pagi, 06: 34 WIB, 4 Oktober 2014 (Hari Arofah). Kayu Manis, Pekanbaru.