Merencana[1]
Kemarin, ketika saya sibuk pindah-pindah file
dari laptop lama ke laptop baru, saya sangat terenyuh ketika menemukan
file-file rencana pribadi yang pernah saya buat selama saya S1 dan S2. Rencana-rencana
tersebut adalah rencana yang dulu pernah saya buat untuk menentukan bagaimana caranya
agar saya bisa lulus S1 dalam 4 tahun dengan predikat cum laude—yang saya rinci
menjadi target nilai per mata kuliah hingga jadwal harian saya pada tiap
semester. Ada juga rencana magang dan KP, rencana capaian tahfizh dan bahasa
Arab, dan tentu rencana untuk menyelesaikan S2 dalam kurang dari dua tahun juga
dengan prediket cum laude. Terlalu banyak rencana dan target yang harus
saya tuliskan jika harus saya ceritakan semua dari apa yang pernah saya susun. Dan
Alhamdulillah, Allah mengizinkan saya untuk merealisasikan mayoritas rencana-rencana
tersebut sesuai target.
Yang menarik adalah rencana yang saya susun
ketika awal menjalani program master. Karena kesibukkan saya ketika itu, saya
sepertinya lupa untuk mengecek dan mengevaluasi capaian rencana tersebut secara
berkala, selama saya S2. Saya baru membukanya kembali sebelum berangkat ke UK. Namun yang membuat saya terenyuh adalah
ternyata apa yang saya jalani selama ini telah sesuai dengan rencana itu
(secara umum). Bagaimana bisa? Pada awalnya saya menduga itu karena saya telah berhasil
membisikkan alam bawah sadar saya ketika awal saya menyusun rencana untuk
memilih jalan ikhtiar sesuai rencana tersebut. Tapi belakangan saya menduga itu
adalah bimbingan Allah yang datang karena doa orang tua saya, wallahua’lam.
Saya tidak bercerita pada siapa-siapa tentang
rencana-rencana pribadi yang saya buat, kecuali pada orang tua saya. Kenapa?
Saya berharap doa mereka. Terkhusus ibu. Saya sering berkata pada ibu saya,
“ma, aku rencananya mau begini dan begitu”. Berharap beliau mendoakan agar
Allah mengizinkan saya untuk melakukan rencana itu.
Saya juga adalah orang yang resah jika
melakukan sesuatu tanpa jelas rencananya, baik jangka pendek atau pun jangka
panjang. Barangkali sikap seperti ini adalah pengaruh ilmu perencanaan yang
saya tekuni. Karena memang, di antara prinsip saya: kalau kamu gak bisa
merencana dirimu sendiri, jangan harap
merencana kota.
Dan dari perjalanan saya sampai sini, saya
ingin berkata: teruslah rencanakan hidup anda. Lalu berusalah untuk mencapainya
dengan iringan doa. Lalu serahkan hasilnya pada Allah. (Baca tulisan saya: Plan Your Future!)
Dan ingat, proyek perencanaan terbesar yang
harus kita lakukan pertama kali sebenarnya adalah bagaimana mendapatkan surga. Pahamilah,
bahwa segala rencana untuk menyelesaikan S1, S2, S3, bekerja, dst hanyalah
sasaran antara, atau bisa disebut dengan sarana. Tujuan utama kita adalah surga.
Dan kini
saya sedang menyusun rencana berikutnya: menyelesaikan studi PhD dan
rencana-rencana lainnya pasca PhD. Saya memuji Allah atas semua nikmat ini. (Baca tulisan saya: Syukur (3))
Nb: (1) yang
dimaksud merencana adalah menentukan target dan menentukan cara untuk mencapai
target tersebut. (2) gambar di bawah adalah screenshoot di antara rencana yang
pernah saya buat.
[1] 07:43 BST, 23rd October 2014. Fenham, Newcastle upon Tyne.
[1] 07:43 BST, 23rd October 2014. Fenham, Newcastle upon Tyne.
Alhamdulillah...masih ada anak muda yg smart secara lahir & bathin
BalasHapusAlhamdulillah...masih ada anak muda yg smart secara lahir & bathin
BalasHapus