Hujan Tadi Sore (2) [1]

Sebetulnya tak ada yang istimewa dari rintik hujan tadi sore. Tapi aku merasa ada yang berbeda—entah kenapa. Ada yang terasa mendesir gamang. Dan sejak tadi aku menganalisanya—entah bagaimana caranya agar aku bisa mengungkapkannya.

Beberapa saat aku menduga: barangkali ini karena aku yang tak lagi merasa mampu berbagi hujan untuk bercerita. Melalui hujan aku merasa kita biasa berbagi cerita, meski kita tak duduk bersisian. Ada kamu yang malu di tempatmu dan ada aku yang kadang merasa lugu di tempatku. Kita saling bercerita. Tapi bukan itu tampaknya alasannya.

Beberapa saat kemudian aku juga menerka alasannya barangkali karena kesadaranku yang kini semakin memuncak tentang keterpasungan sajak-sajak hujanku. Terpasung oleh kata andai, bila, dan jika. Bila itu benar, maka aku berharap: suatu saat aku ingin menulis bait-bait tentang kita dan hujan tanpa andai, tanpa bila, dan tanpa jika.


[1] Selepas hujan. Kayu Manis, Beringin Indah, Pekanbaru. 20:44 WIB, 20 Mei 2014.