Akhir Penantian
Para Sahabat[1]
Ketika kaum muslimin yang berada
di Kota Madinah mengetahui bahwa Rasulullah telah berhijrah dari Mekah bersama
Abu Bakar, maka setiap pagi mereka pergi ke sebuah bagian dari kota Madinah
yang bernama Al Harrah, untuk melihat-lihat kedatangan Rasulullah. Dalam banyak
hitungan hari penantian, mereka harus kembali ke rumah dengan tangan hampa
karena Rasulullah tak kunjung tiba, sedangkan matahari begitu terik menyinari
kulit mereka apabila ingin terus menanti sampai sore hari.
Setelah berhari melakukan
aktifitas yang sama, sampailah pada suatu waktu ada seorang laki-laki Yahudi
yang naik ke atas atap rumahnya, melihat adanya bayang-bayang kedatangan Rasulullah
bersama beberapa sahabatnya. Orang yahudi tersebut lantas berteriak keras.
“Wahai orang Arab! Apa yang
kalian tunggu telah tiba!”
Mendengar seruan itu, kaum
muslimin serta merta langsung bangkit sambil membawa senjata mereka untuk
menyambut Rasulullah. Inilah saat-saat yang selama ini mereka nanti. Hiruk dan
pekik takbir menggema dimana-mana sebagai wujud kegembiraan mereka akan
kedatangan Rasulullah yang telah lama dinanti. Seisi penduduk Madinah pun menyambut,
menyongsong, dan mengerumuni Rasulullah.
Rasulullah memutuskan untuk
tinggal di Kuba beberapa hari sebelum memasuki pusat kota Madinah. Dan pada
waktu beliau memasuki pusat Madinah, ketika itu jejalanan dan rumah-rumah
bergemuruh dengan pekikan tahmid dan taqdis kepada Allah. Putri-putri kaum
Anshar menyanyikan bait-bait puisi berikut sebagai ekspresi kegembiraan mereka:
Bulan purnama telah hadir di
hadapan kita.
Dari jalan di sela-sela bukit
Wada’.
Kita wajib bersyukur karenanya,
Apa yang dia serukan sebagai
seorang da’i adalah untuk Allah,
Wahai orang yang telah diutus
kepada kami,
Engkau telah membawa perakara
yang ditaati.[2]
Betapa bergembiranya mereka
dengan kedatangan Rasulullah.
Sekalipun orang-orang Anshar sadar
mereka bukanlah orang yang berkecukupan, namun masing-masing mereka tetap berharap
rumahnyalah yang akan disinggahi oleh Rasulullah. Saat Rasulullah melewati satu
persatu rumah-rumah kaum Anshar, mereka menarik tali unta dan perbekalan Rasulullah
agar beliau mau singgah di rumah mereka.
Semoga Allah berkenan mengumpulkan
kita dengan Kaum Anshar di surganya yang tertinggi.
[1]
17:56 WIB, 04 Maret 2014. Darus Solihin, Pogung Dalangan, YK. Diringkas dari
terjemah Rohiqil Makhtum karya Syaikh Safiyyurrahman Al Mubarokfuri.
[2]
Mengenai syair ini, sebagian ulama berpendapat bahwa riwayatnya adalah riwayat
yang lemah. Namun sebagian ulama, seperti Syaikh Al Mubarokfuri, juga
menguatkannya.
COMMENTS