Konsekuensi[1]

Kutatap lagi kalimat itu. Satu kali. Dua kali. Dengan lekat. Hanya untuk meyakinkan itu bukan mimpi. Rasanya sudah cukup lelah bermimpi.

Pada titik aku sadar bahwa itu bukan mimpi, pada titik itu pula detik, detak, gerik, gerak terasa agak melambat.

Namun beruntung, aku masih diingatkan: mereka yang berani memilih, harus pula berani menerima segala konsekuensi yang tak terelakkan.


[1] 20:41 WIB, 04 Januari 2014. Kediri, Jatim.