Konsekuensi[1]
Kutatap lagi kalimat itu. Satu
kali. Dua kali. Dengan lekat. Hanya untuk meyakinkan itu bukan mimpi. Rasanya sudah
cukup lelah bermimpi.
Pada titik aku sadar bahwa itu
bukan mimpi, pada titik itu pula detik, detak, gerik, gerak terasa agak melambat.
Namun beruntung, aku masih diingatkan:
mereka yang berani memilih, harus pula berani menerima segala konsekuensi yang
tak terelakkan.
COMMENTS