Kesibukan[1]

Hai,

Tak perlu kamu ceritakan, aku sudah mengerti bagaimana rasanya kesibukan yang sedang kamu rasakan. Aku juga pernah merasakan yang demikian. Sama sepertimu, aku dulu juga suka mengeluhkan keadaan yang sangat sarat kesibukan.

Percayalah, pada saatnya nanti kamu akan mengerti: segala kesibukan yang kamu rasakan adalah nikmat yang  Allah berikan agar kamu bisa mendewasa.

Kamu cuma belum mengerti, karena memang seringkali kita baru dibuat mengerti nanti, ketika semuanya telah selesai terjadi dan hasilnya telah kita dapati.

Lihatlah mereka yang sudah lebih dewasa dari dirimu. Kedewasaan mereka yang lebih itu tidak semata karena waktu mereka di dunia ini telah lebih panjang darimu, tapi juga karena mereka lebih dahulu mendapatkan kesibukan itu. Mereka lebih dulu ditempa oleh kesibukan untuk mendewasa.

Dan bila kamu bertanya: lalu jika demikian, apa kita selalu perlu kesibukan agar kita selalu bisa mendewasa?

Tidak. Kamu juga perlu waktu santai. Waktu dimana kamu terlepas dari yang namanya kesibukan. Kamu perlu berhenti sebentar. Hanya saja, yang kamu juga perlu sadari, santai itu bukan sekedar untuk mengistirahatakan badan, tapi juga untuk mengambil hikmah dan pelajaran: sudah sebarapa kesibukan itu mendewasakanmu?

Nikmatilah segala kesibukannmu. Berjalanlah padanya seperti kamu berjalan di taman-taman kesukaanmu. Sambutlah ia sebagaimana kamu menyambut tamu spesialmu. Dan berinteraksilah dengannya sebagai mana kamu berinteraksi dengan teman-teman dekatmu.

Dan percayalah: kerinduanmu terhadap kesibukan di waku santai akan selalu lebih besar daripada kerinduanmu terhadap santai di waktu sibuk.


[1] Selamat sibuk di akhir pekan! J 10: 42 WIB, 10 November 2013. Darus Solihin, Pogung Dalangan, YK.