Tentang
Makna[1]
Aku tak pernah bertanya pada cinta tentang cemburu.
Kalau sudah ada cinta, apa aku sudah berhak untuk mencemburu?
Aku tak pernah bertanya pada jumpa tentang rindu.
Kalau sudah pernah jumpa, apa aku sudah berhak untuk merindu?
Dan aku tak pernah bertanya pada duka tentang
air mata. Apa setiap yang membuatku berduka berhak kuberi air mata?
Tak pernah. Karena aku tak mau dibilang seperti pujangga yang sering menginterpretasi makna dengan subjektifitas mereka, lalu berani menjadikannya aksioma.
Biarkan saja ia sementara tak diketahui maknanya
dalam perjalanan rasa. Sambil bertanya pada ia yang penjelasannya tentang makna
tak pernah membuat kecewa: Agama.
COMMENTS