Profesi Ibu Rumah
Tangga[1]
Di bawah ini adalah tulisan
Bapak Lukito Edi Nugroho yang saya kutip dari note di akun Facebook beliau.
Saya repost dalam rangka ikut menghargai dan menghormati profesi ibu rumah
tangga.
Sebuah catatan penghormatan
bagi ibu rumah tangga
September 24, 2013 at 8:16am
Tadi pagi saya ngobrol dengan
istri, membicarakan tentang salah satu keluarga teman kami. Bapaknya baru saja
meninggal dunia dalam usia yang relatif masih muda. Sebelum meninggal, beliau
sempat beberapa bulan sakit dan keluar masuk RS. Keluarga tersebut memiliki 3
anak. Si sulung, laki-laki, sudah kuliah semester 3. Si tengah, perempuan,
kelas 3 SMA, dan si bungsu, laki-laki, masih SD dan kebetulan termasuk anak
berkebutuhan khusus.
Yang saya ingin saya kisahkan
sebenarnya justru sang ibu. Sejak dulu, sang ibu ini termasuk jenis ibu rumah
tangga yang mandiri. Beliau tidak bekerja dan mengurusi semua urusan RT
sendiri, tidak dibantu oleh asisten. Bahkan saat sang suami bersekolah di luar
negeri selama beberapa tahun, sang ibu dengan tegar tetap menjalankan tugasnya.
Saya tidak tahu bagaimana cara sang ibu mendidik anak-anaknya, tetapi yang saya
lihat, si sulung dan si tengah tumbuh menjadi anak-anak yang mandiri.
Sepenglihatan saya, mereka telah menjadi anak-anak yang matang, jauh melampaui
kematangan anak-anak seusia mereka.
Kematangan mereka terlihat saat
sang bapak mulai jatuh sakit dan sang ibu tercurah perhatiannya kepada
suaminya. Praktis urusan rumah tangga sehari-hari jatuh ke tangan mereka
berdua. Si sulung bertugas mengantar-jemput adiknya, si tengah kadang-kadang
memasak utk seisi rumah. Itu yang bisa kami lihat, tentunya masih banyak
pekerjaan-pekerjaan rumah lain yang mereka kerjakan. Tapi uniknya, mereka tetap
tidak kehilangan masa remaja mereka. Si tengah misalnya, dia masih sempat
bersibuk ria dengan kegiatan-kegiatan sekolahnya.
Dan setelah sang bapak
meninggalkan mereka, irama itu tidak berubah. Sang ibu bahkan memberikan contoh
yang hebat bagi mereka: dengan belajar dari awal tentang beberapa ketrampilan
yang akan beliau gunakan untuk mencari nafkah. Bayangkan, belajar sesuatu pada
usia yang tidak muda lagi. Dan itu dilakukan untuk mendukung tugasnya sebagai
pencari nafkah keluarga. Hebatnya, saat bertemu dengan kami dan teman-teman
yang lain, tidak pernah ada keluhan sedikitpun yang terungkap. Satu hal lagi,
setelah suaminya wafat, sang ibu sebenarnya punya opsi untuk pindah ke rumah
orang tuanya, tetapi sampai saat ini beliau memilih untuk tetap tinggal di
rumahnya. Mereka, amazingly, masih menikmati hidup sebagaimana biasanya. Yang
saya dengar pagi ini, sang ibu dan si tengah serta si bungsu akan menonton
acara yg diselenggarakan sekolah si tengah.
Sekali lagi saya tidak tahu
bagaimana keluarga itu menghadapi hari-harinya. Pasti ada banyak sekali
kendala, tetapi kendala-kendala itu sepertinya dijadikan sarana latihan untuk
menghadapi hidup. Lingkungan pasti berkontribusi dalam membentuk sikap mandiri
dan pantang menyerah seperti itu, tapi saya yakin, yang lebih dominan adalah
semangat, kasih sayang, pengorbanan, dan didikan seorang ibu. Saya sampai
kehilangan kata-kata untuk mengekspresikan bagaimana saya sangat menghormati
apa yang telah dilakukan beliau.
Semoga Tuhan senantiasa
melindungi dan melimpahkan rahmat-Nya kepada keluarga itu…
Bagi saya pribadi, ibu rumah
tangga adalah sebuah "profesi" yang paling mulia. Profesi itu
menyiapkan anak-anak sebagai penerus kehidupan. Saya yakin kelak sang ibu akan
bisa tersenyum saat melihat anak-anaknya "jadi orang", karena
bibit-bibit ke arah sana sudah terlihat dari sekarang…
Untuk para ibu rumah tangga dan
calon ibu RT, yakinlah bahwa "jabatan" itu sungguh sebuah anugrah
yang luar biasa, jauh lebih tinggi dari jabatan-jabatan lain yang justru sering
membuat kita silau dan akhirnya tersesat…syukurilah dan nikmatilah
"jabatan" itu…
Bagi para bapak (dan anak),
ingatlah bahwa di balik kesuksesan anda, ada wanita kuat yang berdiri mendukung
anda... :)
[1] 12: 52
WIB, 24 September 2013. Studio Perencanaan Wilayah dan Kota, Kampus Jurusan
Arsitektur dan Perencanaan, FT UGM.
COMMENTS