Memelihara Cinta[1]

Cinta itu memang perlu dipelihara.

Itulah kalimat yang sering muncul di otakku ketika melihat sepasang suami istri yang telah tua itu: Pak Patmoko dan Bu Patmoko. Aku biasa bertemu dengan mereka di setiap akhir pekan, di sebuah lapangan tenis di Jakal KM 9 sana. Meski warna putih telah memenuhi rambut mereka, kemesraan sepasang suami-istri sangat terasa di antara keduanya. Kompak dan saling mengisi ketika harus berpasangan di dalam permainan. Dan sering saling melempar canda ketika permainan rehat.

Aku selalu merasa tak sopan untuk menanyakan berapa usia mereka sebenarnya. Namun, dari rawut wajah, putih rambut, dan keriputnya, aku berani menerka, usia mereka sudah hampir 60. Dan di usia itu, mereka masih bisa memelihara cinta dan menghadirkan kemesraan layaknya pasangan suami-istri yang masih muda.

Cinta itu memang perlu dipelihara.

Kalimat itu pula yang muncul di otakku ketika beberapa malam yang lalu mendengar kisah tentang perceraian sepasang suami istri yang aku kenal. Usia pernikahan mereka telah hampir 2 tahun. Katanya, sudah tidak ada lagi kecocokan. Dalam kalimat lainnya, sudah tidak ada lagi cinta antara mereka seperti kali pertama mereka memutuskan untuk berumahtangga.

Benar kata Ustadz Armen:

“...banyak juga orang yang menyangka bahwa perasaan cinta bisa tua seperti tua badan manusia, ia bagaikan bunga yang mulanya tumbuh dengan putiknya lalu mekar untuk kemudian layu. Begitu juga menurut mereka tentang cinta dengan berlalunya masa, dia aka sirna dan yang tersisa hanya basa-basi saja. Karena pemahaman ini pula, banyak pasangan yang tidak pernah berupaya menghidupkan kembali cinta-kasihnya yang telah mati, atau merindangkan batang dan dahannya dengan dedaunan cinta. Seakan-akan ia telah pasrah dengan keadaan dan telah kalah dalam berperang, baginya memupuk cinta sama dengan memindah matahari ke arah utara atau selatan... suatu yang mustahil.” 

Dan benar juga kata Dee:

Cinta butuh dipelihara. Bahwa di dalam sepak terjangnya yang serba-mengejutkan, cinta ternyata masih butuh mekanisme agar mampu bertahan.


[1] 10: 36 WIB, 21 September 2013. Wisma Darus Solihin, Pogung Dalangan, YK.