Bila Senja[1]

"Tiada yang pernah kusesali selain keadaan ketika matahari tenggelam, ajalku berkurang, namun amalanku tidak bertambah." (Ibnu Mas'ud)

Bila senja telah tiba, tanyakan tentang harimu: Apakah hari ini amalmu telah bertambah?

Jikalah belum, segeralah beramal. Jangan kau tunggu esok lagi. Manfaatkan magrib ini, malam ini.

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa." (QS. Ali Imran: 133).

“Jika engkau berada di sore hari jangan menunggu datangnya pagi dan jika engkau berada pada waktu pagi hari jangan menunggu datangnya sore. Pergunakanlah masa sehatmu sebelum sakit dan masa hidupmu sebelum mati.” (Ibnu Umar, HR. Bukhori)

Jikalah amalmu bertambah, segeralah beramal lagi, sebagai wujud syukurmu bahwa kau masih diberi kesempatan dan kesehatan untuk bisa beramal. Bukankah salah satu wujud syukur itu adalah amal? Bukankah satu amal kebaikan akan memantik amal kebaikan lainya?

Ù…ِÙ†ْ Ø«َÙˆَابِ الحَسَÙ†َØ©ِ الحَسَÙ†َØ©ُ بَعْدَÙ‡َا، ÙˆَÙ…ِÙ†ْ جَزَاءِ السَّÙŠِّئَØ©ِ السَّÙŠِّئَØ©ُ بَعْدَÙ‡َا

“Di antara balasan kebaikan adalah kebaikan selanjutnya dan di antara balasan kejelekan adalah kejelekan selanjutnya.”

Dan bila senja telah menyala jingga, dan kau dapati dirimu masih berada di atas Islam, bersyukurlah kepada Allah.

“Di waktu sore kami memegang agama Islam, kalimat ikhlas, agama  Nabi kami Muhammad, dan agama ayah kami Ibrahim, yang berdiri di atas jalan yang lurus, muslim, dan tidak tergolong orang-orang yang musyrik” (HR Ahmad)

[1] Penghujung Senja, 17: 36 WIB, 29 September 2013. Darus Solihin, Pogung Dalangan, YK.