Kesedihan dan Kesakitan[1]

Dalam perpisahan ada kesedihan. Dalam kesedihan ada air mata.

Meriahnya tepukan tangan mereka dan berpendarnya kembang api mereka tak punya daya untuk menolak hadirnya air mata karena adanya rasa sedih. Rasa sedih akan perpisahan dengan ramadan.

Ramadan pergi. Tanpa aku tahu apa aku telah menjamunya dengan baik,padahal ia adalah tamu istimewa. Tanpa aku tahu apa aku didatanginya lagi di tahun berikutnya. Tanpa aku tahu apa amal ibadah ku diterima di dalamnya. Tanpa aku tahu apa dosa-dosaku diampuni karenanya.

Ramadan pergi. Pertanda akan meluruhnya semangat dan atensi manusia untuk menyembah Rabb-nya disetiap waktu. Pertanda akan sepinya kembali rumah-rumah Allah. Pertanda akan berdebunya kembali kitab Allah. Pertanda akan hilangnya berbagai kesemarakan majelis-majelis ilmu.

Tapi sayang, sederas apa pun air mata kesedihan-perpisahan itu tak punya daya untuk menahan ramadan untuk tak pergi meninggalkan. Hanya doa yang bisa ditengadahkan: semoga kita bisa bertemu lagi dengannya di tahun depan dalam keadaan serba lebih baik.
Dalam luka ada kesakitan. Dalam kesakitan ada air mata.

Semaraknya tetabuhan mereka dan semerbaknya aroma makanan yang mereka persiapkan tak punya daya untuk menolak hadirnya air mata karena adanya rasa sakit. Rasa sakit karena adanya anggota tubuh yang terluka. Anggota tubuh yang terletak di belahan bumi nan jauh di sana –namun terasa sakit lukanya karena tautan keimanan.

Saudara kita di Suriah –mereka anggota tubuh kita dalam ranah yang disebut sebagai ukhuwah imaniyyah.

Di Idul Fitri ini, semakin saja tak henti otakku bertanya: apakah mereka bisa solat ied dengan aman sebagaimana kita di sini? Apakah mereka bisa mengenakan pakaian indah seindah yang kita kenakan di sini? Apakah mereka bisa menyantap hidangan yang enak seenak yang kita santap disini? Apakah mereka bisa bahagia berkumpul bersama keluarga sebahagianya kita di sini?

Semakin aku bertanya-tanya, semakin pula air mata itu berderai.

Maafkan aku saudaraku, betapa ingin diri ini untuk berbagai kesenangan dan kebahagian dengan kalian di sana. Agar kalian bisa merasa apa yang kami rasa. Namun apatah daya, saudaraku. Hanya doa yang bisa kupanjatkan: Allahummanshur ikhwanana muslimiin fi surya. Allahumma ‘izzal islama wal muslimiin. Wa adzillal kufro wal kaafiriin. Wa adzillal syirka wal musyrikiin.



[1] Kayu Manis, Beringin Indah, Pekanbaru, Riau. 21; 48 WIB. 07 Juli 2013.