Pulang[1]

Pulang itu tak melulu tentang keterpisahan dan keberjarakan seseorang dengan rutinitasnya. Tak melulu juga tentang sebuah awal dari prosesi pelepasan rindu antara dua atau lebih insan yang bertautan kasih sayang.

Tapi pulang juga tentang mencari hikmah dan mengambil pelajaran dari skenario kehidupan yang telah dilakoni dalam himpunan waktu tertentu.

Skenario kehidupan yang –barangkali kitalah yang menjadikannya– seperti robot: terencana rapi, linear, dan statis, seringnya menghalangi kita untuk mencari hikmah dan mengambil pelajaran. Kita dibuat asik sendiri dengan rutinitas.

Skenario kehidupan yang terencana rapi juga terkadang membuat kita tak siap untuk menerima berbagai letupan dalam kehidupan, yang ini terkadang bisa mengikis kepekaan kita akan dinamisnya lingkungan sekeliling kita.

Dan kali ini, ada yang sedikit berbeda dari arti kepulanganku:
Pencarian hikmah dan pelajaran di balik kisah pertemuan-jatuh-hati-ketidakberdayaan.


[1] Adisucipto International Airport, 09: 44 WIB, 29 Juli 2013. Sembari menunggu Pekanbaru.