Yang Tinggal[1]
Ingat betul aku dulu ketika aku
terjatuh dari kendaraan. Bahuku jadi terluka dibuatnya. Dan tanpa terasa pipi ini
jadi becek karena sakit yang melanda.
Kini ku pegang bahuku sambil aku
bertanya “apa yang tersisa dari jatuh itu?” Maka kudapati rasa sakit itu tak lagi
ada.
Ingat pula aku ketika mendapat
sebuah kabar gembira. Tanpa terasa bibir jadi basah karena senyuman. Raga pun
melonjak-lonjak kegirangan.
Dan kini kulihat bibirku di kaca sambil
aku bertanya “dan apa yang tersisa dari kabar gembira itu?” Maka kudapati
basahnya bibirku bukan lagi karena kabar gembira.
Begitulah episode kehidupan di
masa-masa yang telah berlalu. Hanya diisi dan disilih oleh kesedihan dan
kegembiraan. Tak selamanya kesedihan dan kegembiraan itu akan melanda. Keduanya
pasti akan pergi, tanpa atau dengan meninggalkan bekas, cepat atau lambat.
Dan yang tinggal –kini dan kelak–
hanyalah pertanggungjawaban atas semua itu. Apakah atas kesusahan itu kita
bersabar? Apakah atas kebahagiaan itu kita bersyukur? Atau sebaliknya?
Allah berfirman, yang artinya:
“Dan pada hari itu kamu lihat
tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk melihat buku catatan
amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu
kerjakan. Allah berfirman: "Inilah kitab catatan Kami yang menuturkan
terhadapmu dengan benar. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang
telah kamu kerjakan."” [QS. Al Jatsiyah : 28-29]
[1] Wisma
Darus Solihin, Pogung Dalangan, 21: 10 WIB. 17 Mei 2013.
Image Source: http://yogaheals.files.wordpress.com/2010/01/pain1.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar