17 Mei 2013

Yang Tinggal


Yang Tinggal[1]

Ingat betul aku dulu ketika aku terjatuh dari kendaraan. Bahuku jadi terluka dibuatnya. Dan tanpa terasa pipi ini jadi becek karena sakit yang melanda.

Kini ku pegang bahuku sambil aku bertanya “apa yang tersisa dari jatuh itu?” Maka kudapati rasa sakit itu tak lagi ada.

Ingat pula aku ketika mendapat sebuah kabar gembira. Tanpa terasa bibir jadi basah karena senyuman. Raga pun melonjak-lonjak kegirangan.

Dan kini kulihat bibirku di kaca sambil aku bertanya “dan apa yang tersisa dari kabar gembira itu?” Maka kudapati basahnya bibirku bukan lagi karena kabar gembira.

Begitulah episode kehidupan di masa-masa yang telah berlalu. Hanya diisi dan disilih oleh kesedihan dan kegembiraan. Tak selamanya kesedihan dan kegembiraan itu akan melanda. Keduanya pasti akan pergi, tanpa atau dengan meninggalkan bekas, cepat atau lambat.

Dan yang tinggal –kini dan kelak– hanyalah pertanggungjawaban atas semua itu. Apakah atas kesusahan itu kita bersabar? Apakah atas kebahagiaan itu kita bersyukur? Atau sebaliknya?

Allah berfirman, yang artinya:

“Dan pada hari itu kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk melihat buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan. Allah berfirman: "Inilah kitab catatan Kami yang menuturkan terhadapmu dengan benar. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan."” [QS. Al Jatsiyah : 28-29]



[1] Wisma Darus Solihin, Pogung Dalangan, 21: 10 WIB. 17 Mei 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar