Rindu Kamu[1]

Kemarin sore, aku dengar mereka bicara-bicara. Kata mereka, sebentar lagi kamu mau datang.

Jantungku jadi berdebar waktu dengar itu. Aku terkesiap, kaget.

Mendengar namamu membukakan pintu-pintu kenangan tentang kita dulu. Lama sudah kita tak bersua, ya.

Ah, aku jadi rindu kamu. Rindu, meninggalkan segala rutinitas untuk habiskan malam denganmu. Rindu, bersenandung merdu sepanjang siang bersamamu.

Kala kamu datang adalah kala aku tersenyum. Hari-hari kedatangan dan kebersamaan denganmu, tiada lain bagai hari-hari di musim semi. Dan kala kamu pergi adalah kala aku bersedih. Kemarin, waktu kamu pergi aku juga sedih. Padahal aku selalu tahu, sedihku itu takkan halangi kamu pergi.

Dan aku selalu takut kalau-kalau aku tidak lagi bisa ketemu dengan kamu. Maka mulai sekarang, aku harus sebut nama kamu dalam doa, biar Allah datangkan temu. Dan aku bisa hilangkan aku punya rindu.

Rindu Kamu, Ramadhan.

Allahumma Baariklanaa fi Rajab wa Sya’ban wa Balighnaa Ramadhaan.
Ya Alloh berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami kepada Bulan Ramadhan.





[1] Wisma Darus Solihin, Pogung Dalangan, 22:16 WIB, 10 Mei 2013.
Image Source: http://3.bp.blogspot.com/-1ZZKgKyNGpE/UVsSskXRHcI/AAAAAAAACNA/ S511IKNuLHM/s1600/rising-full-moon.jpg