Untuk Wajah Sendu[1]

Tak perlu lah kita saling bicara. Jika nanti ada jalan dan telah tiba saatnya saja. Keridhoan Allah-lah yang kelak temukan kita di lembayung senja. Sampai akhirnya, membawa kita pulang.

Maka tak perlu juga bersedih. Apalagi merintih.

Sementara, izinkan aku bersembunyi di balik penaku. Sambil aku menulis pertanda bahwa aku pernah ingin hilangkan wajah sendumu itu. Sehingga nanti semuanya terbingkai rapi, untuk jadi petunjuk kita melintasi perjalanan waktu.


[1] Wisma Darus Solihin, Pogung Dalangan, 11:19 WIB, 16 Mar. 13.