Mengikat Ilmu[1]

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda :

Ikatlah ilmu dengan kitab (yaitu : dengan menulisnya)[2]

--
Di antara yang sering membuat saya tersentak dan terkesan ketika duduk di majelis taklim Al Ustadz Afifi adalah kesungguhan beberapa peserta taklim dalam mencatat apa yang disampaikan oleh Al Ustadz. Kesungguhan itu diwujudkan dengan beberapa cara yang berbeda-beda tergantung siapa orangnya.

Ada seorang pemuda paruh baya yang mencatat di sebuah buku yang maa sya Allah lebarnya. Ada juga pemuda yang mencatat sambil sibuk bergonta-ganti pulpen yang berbeda-beda warna. Tidak tahu jelas apa tujuannya, mungkin, untuk menekankan beberapa catatan yang dikira penting sehingga perlu dicatat dengan warna berbeda. Dan ada lagi, seorang bapak yang mencatat di sebuah buku tulis yang maa sya Allah tebalnya. Sampai-sampai saya berfikir, “buku tulis setebal itu, kapan habisnya ya?”

Dan yang paling membuat saya tersentak dan terkesan adalah seorang bapak tua yang telah banyak uban di kepalanya. Karena sering duduk di sebelahnya, saya sering bisa melihat apa yang beliau catat di buku tulis beliau. Yah, beliau mencatat dengan bahasa Arab! Bahkan tak satu ayat dan hadits pun yang disampaikan oleh Ustadz kecuali beliau catat di buku tersebut.

Yah, beragam memang cara orang mengikat ilmu. Semoga Allah senantiasa menambahkan kesungguhan kepada kita semua dalam mencatat, menghafal, mengamalkan, dan menyampaikan ilmu. Amin.


[1] Pogung Dalangan, 20:15 WIB, 23 Feb. 13.
[2] Hadits shahih, disahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Silsilah Ash-Shahiihah no. 2026.