17 Februari 2013

Bukan Hal yang Bertentangan


Bukan Hal yang Bertentangan


Teman saya, Muhammad Saifuddin Hakim, menulis status berikut di Facebooknya:

Di antara yg membuatku bahagia di lab tempat aku mengerjakan riset tentang Hepatitis B dan C skrg ini adalah:

Bertemu dgn seorang teman yg luar biasa cerdas. Skrg ini, dia menjalani post-doc di labku. Hebatnya, selama PhD (5 tahun), dia berhasil mempublikasikan total 20 artikel (jurnal): 17 di jurnal internasional sbgai penulis pertama (15) dan kedua (2), dan 2 jurnal nasional sbgai penulis pertama. Hebatnya lagi, ditambah 1 jurnal internasional sbgai penulis terahir (last author), sdgkan co-promotornya sbgai first-nya. Belum lagi ditambah kontribusi sbgai penulis di 2 chapter di dua buku berbeda dan 1 hak paten hasil risetnya.

PhD 5 tahun bukan krena mundur, tapi memang sengaja ditahan sama profesornya utk tetap bekerja di lab menghasilkan lebih banyak karya lagi dan mentranslasikan ide-ide cerdasnya ke eksperimen di lab. Dan setelah lulus PhD pun, lgsg diberi kesempatan post-doc dan menerima "murid" sendiri dan membangun jalur riset (dan grup) tersendiri yg belum pernah ada di lab ini sebelumnya. Dan tahun ini, dia mendapat penghargaan sbgai PhD student terbaik di universitas ini.

Yang kukagumi lebih dari itu: dia adalah seorang muslim yg taat: selalu shalat 5 waktu tepat pada waktunya ketika di lab, tidak pernah bermudah2 untuk menjamak (apalagi meninggalkan) shalat karena alasan sibuk eksperimen atau alasan lainnya. Demikian pula dgn shalat jumat, tidak pernah ditinggalkan. Shg aku jadi punya teman kalau mau shalat dzuhur atau ashar dan shalat jumat. Dia pun sudah berkeluarga dan dikarunia 2 orang anak yg juga sangat dia perhatikan.

Dua pelajaran penting dari temanku ini:

1. Science dan agama bukanlah dua hal yg bertentangan. Temanku di lab sebelumnya ada yg mengatakan sebaliknya: org beragama susah menjadi scientist, krn agama dibangun atas dasar dogma, sdgkan science dibangun atas dasar sikap kritis dan selalu berfikir. Juga, utk sukses dalam riset, bukan berarti harus meremehkan shalat!

2. Keluarga dan karir adalah dua hal yg bisa digabungkan. Sebagian org berpendapat, dua hal itu tdk bisa digabungkan, harus dipilih salah satunya. Itu yg kulihat di beberapa orang di sini, yg sibuk dalam karirnya dan berkeluarga (=menikah) ketika usia mulai senja.

Smg menjadi inspirasi utk teman2 yg sekarang menempuh PhD, dan bagi siapa saja.

Sumber Gambar: http://www.labeldaddy.com/blog/wp-content/uploads/2012/09/3696balance.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar