Bagaimana Hendak Faham?[1]

Sejak SD sudah diajari bahwa salah satu mukjizat Nabi Muhammad adalah Al Qur’an. Kenapa Al Qur’an bisa disebut sebagai mukjizat Nabi Muhammad? Jawabannya kembali kepada pengertian mukjizat itu sendiri. Mukjizat (kalau tidak salah) adalah sesuatu yang Allah berikan kepada Nabi-Nya yang bisa mengalahkan apa yang sedang menjadi mainstream di masing-masing zaman nabi tersebut. Contohnya adalah mukjizat nabi Musa yang tongkatnya bisa berubah menjadi ular dan mengalahkan para penyihir yang menantangnya. Di zaman itu, sihirlah yang menjadi mainstream umat, sehingga mukjizat Nabi Musa tersebut bertujuan untuk mengalahkan sihirnya para penyihir.
Nah, adapun Al Qur’an, di zaman Nabi Muhammad, yang menjadi mainstream adalah syair. Perkembangan syair dalam budaya arab berada pada puncaknya di zaman itu. Banyak orang yang berprofesi sebagai penyair. Orang-orang yang memiliki syair yang indah dan lihai bersyair akan menjadi orang terpandang di masyarakat. Maka ketika Al Qur’an turun, keindahan bahasa Al Qur’an mengalahkan syair-syair orang arab yang ada. Para penyair-penyair terkemuka pun mengakui kehebatan gaya bahasa Al Qur’an. Bahkan sebagian orang langsung mengakui bahwa gaya bahasa seperti itu tidak mungkin dibuat oleh manusia. Maka Al Qur’an pun menjadi mukjizat bagi Nabi Muhammad.
Nah, lalu muncul pertanyaan di benakku (karena melihat orang ramai membaca Al Qur’an di sini), apakah semua orang yang membaca Al Qur’an mengetahui dimana letak kehebatan bahasa Al Qur’an itu sehingga ia sadar betul bahwa Al Qur’an itu memang mukjizat?
Menurutku, mustahil rasanya bisa tahu bagaimana indahnya gaya bahasa Al Qur’an jika tak faham bahasa arab. Karena memang, Allah telah memilih bahasa Arab sebagai bahasanya Al Qur’an yang merupakan kitab terkahir tersebut.
Itu di satu sisi. Di sisi lain, di antara kehebatan Al Qur’an pula adalah bisa menggetarkan hati orang yang membaca/mendengarnya. Lalu muncul pula pertanyaan, bagaimana seseorang bisa bergetar hatinya jika ia tidak faham bahasa arab? Bagaimana bisa bergetar hati jika tidaklah faham akan maksud apa yang dibaca/didengar?

Alhamdulillah, meski kemampuan bahasa arab masih cetek, aku sudah bisa merasakan indahnya gaya bahasa Al Qur’an itu dan tak jarang pula hati ini bergetar jika membaca/mendengar ayat-ayat Allah itu (jika pas momennya :D). Berbeda dengan dulu sebelum memiliki kesempatan untuk belajar bahasa arab, terkadang aku bertanya-tanya: dimana letak hebatnya gaya bahasanya Al Qur’an itu? Dan bagaimana hati bisa bergetar hanya dengan membaca ayat yang kita tak tahu maknanya?[2]

Maka, aksiomanya adalah Bahasa Arab itu penting. Tak kalah penting dari Bahasa Inggris. Bagaimana tidak? Jikalah seseorang itu tak faham bahasa Inggris, ia hanya akan kesulitan memahami perkataan mayoritas manusia (karena bahasa Inggris adalah bahasa mayoritas dunia). Akan tetapi, jikalah seseorang itu tidak faham bahasa Arab, ia akan kesulitan memahami perkataan (kalam) Tuhannnya manusia. Yah, Al Qur’an adalah perkataan Allah dalam Lafazh Bahasa Arab.

Bahasa arab bukan semata bahasanya orag arab, tapi bahasa Arab adalah bahasanya orang Islam. Maka pelajarilah bahasa Arab!


[1] Ditulis oleh Muhammad Rezki Hr, di Musholla yang ramai pembaca Al Qur’annya, Terminal 1C Bandara Internasional Soetta, di hari ke 27 berpuasa bersama pemerintah, 11:52 WIB, sembari menunggu Pekanbaru.
[2] Kalau untuk menggetarkan hati masih bisa diakali dengan membaca terjemahan. Tapi kalau ingin tahu indahnya gaya bahasa Al Qur’an tidak cukup dengan membaca terjemahan karena ada nilai-nilai / gaya-gaya bahasa yang tidak bisa ditransfer oleh terjemahan.