Lesson
Learnt Studio Biodiversity [1]
Muhammad Rezki Hr
Aksioma dari tugas studio
biodiversity ini adalah bahwa pengelolaan keanekaragaman hayati di kawasan
perkotaan tidak sama dengan kawasan non-perkotaan sehingga membutuhkan
pendekatan dan strategi khusus. Berikut beberapa poin yang dapat saya simpulkan
yang menjadi kunci penting di dalam pengelolaan keanekaragaman hayati di
kawasan perkotaan:
Innovation
Dari studi kasus yang dilakukan
di Desa Bumijo, Kecamatan Jetis, terlihat bahwa inovasi merupakan elemen
penting yang harus ada pada masyarakat dan pemerintah yang sangat menentukan
tingkat keanekaragaman hayati di kawasan urban, terkhusus pada kawasan urban
high density. Di desa Bumijo bisa dilihat inovasi warga setempat dalam
menghijaukan kampungnya yang memiliki kepadatan sangat tinggi dengan
memanfaatkan dinding-dinding dan pagar-pagar yang ada di desa. Penghijauan ini
secara otomatis ikut mendorong peningkatan keragaman flora di kawasan urban.
Inovasi seperti ini sepatutnya lebih bisa didorong tingkat replicability-nya
oleh masyarakat dan pemerintah.
Replicability
Pemerintah dan masyarkat
sepatutnya mendorong tingkat replicability dari contoh-contoh sukses dan
inovasi yang ada dalam proses penghijauan atau pun pengelolaan keaekaragaman
hayati yang ada di kawasan urban. Dari sisi pemerintah, instrumen yang bisa
digunakan untuk mendorong replicability tersebut adalah dengan
memberikan penghargaan dan insentif bagi mereka yang sukses melakukan
penghijauan atau pun pengelolaan keaekaragaman hayati yang ada di kawasan
urban. Adapun dari sisi masyarakat, masyarakat yang yang sukses melakukan
penghijauan atau pun pengelolaan keaekaragaman hayati yang ada di kawasan urban
harus didorong memiliki inklusifitas sosial dan kooperatif dengan
kelompok/entitas sosial lainnya.
Role
of Social Group
Dari kasus yang terjadi di RW 01,
Kelurahan Bener, Kota Yogyakarta terlihat bahwa social group yang ada
sangat menentukan keberhasilan program pemerintah terkait penghijauan atau pun
pengelolaan keaekaragaman hayati yang ada kawasan di urban. Melalui peran
sentral social group Kelompok Wanita Tani (KWT) program Model Kawasan
Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) yang diusung pemerintah bisa berjalan sukses.
Biodiversity
Added Value
Dari kasus yang sama pula (RW 01,
Kelurahan Bener) dapat disimpulkan bahwa adanya nilai tambah dari komoditas
flora tertentu akan semakin meningkatkan minat masyarakat untuk menanam dan
mengembangkat komoditas flora tersebut. Dari kasus tersebut bisa dilihat bahwa
selain karena komoditas flora yang ditanam dapat memenuhi kebutuhan warga, komoditas
tersebut juga diharapkan dapat menjadi tambahan penghasilan bagi warga
setempat.
Urban Land Commodity
Status dominasi kepemilikan lahan
perkotaan akan mempengaruhi tingkat keanekaragaman hayati di perkotaan.
Dominasi dalam konteks ini bisa jadi oleh pemerintah atau pun oleh masyarakat.
Pada lahan-lahan pemerintah penanaman keragaman flora bisa dilakukan secara
masif, berbeda dengan lahan masyarakat yang lebih didominasi profit
oriented.
[1] Studio Urban Biodiversity adalah mata kuliah semester 2 program Fast Track Magister Perencanaan Kota dan Daerah-UGM bekerjasama dengan United Nations University
Institute of Advanced Studies (UNU-IAS)
COMMENTS