Engkau kah lulusan Mahad Ilmi itu?
Jika iya, berbahagialah engkau. Karena sungguh engkau adalah ahli waris nabi. Karena engkau telah mewariskan ilmu dari para nabi. Dan sungguh engkau telah mendapatkan keberuntungan yang besar. Tiada aku mengada-ada, tak lain itu ucapan Nabimu:

“Sesungguhnya Para Nabi tidaklah mewariskan dinar dan tidak pula dirham, sesungguhnya yang mereka wariskan hanyalah ilmu, maka barang siapa mengambilnya, maka sungguh dia telah mengambil keberuntungan yang besar” [1]

Engkau kah lulusan Mahad Ilmi itu?
Sepatutnya kau belum merasa cukup dengan apa yang telah kau dapat. Apalah artinya dua tahun yang telah kau jalani? Hanya beberapa jam dalam sehari, dan itu pun tidak setiap hari dalam sepekan, dan tidak pula setiap bulan dalam setahun. Masih banyak yang perlu dipelajari. Jangan dengan terputusnya mahad, terputus pula kau hiasi harimu dengan menuntut ilmu. Tuntutlah ilmu hingga akhir hayat mu. Jangankau cukupkan diri dengan ilmu yang telah kau dapati. Ingatkah engkau apa kata imam Ahmad tentang sampai kapan menuntut ilmu? “ma’al mahbaroh ilal maqbaroh”

Engkau kah lulusan Mahad Ilmi itu?
Sepatutnya kau bertanya pada dirimu, sudahkah engkau mendapat faidah dari ilmu yang kau pelajari? Bukankah salah satu tujuan para ulama menyebutkan faidah belajar sesuatu adalah agar bisa mengevaluasi diri dari apa yang telah kita pelajari? Semisal Syaikh As Sa’di yang menyebutkan faidah belajar ushul fiqh di awal kitab yang telah dipelajari. Nilai lah dirimu, sudah kah engkat mendapat faidah itu setelah kau mempelajari kitab itu? Jika sudah, bergembiralah!. Jika belum, maka hisablah dirimu, apa gerangan salahnya?

Engkau kah lulusan Mahad Ilmi itu?
Sepatutnya pula kau bertanaya pada dirimu, sudahkah kau mendapat buah dari ilmu yang kau pelajari? Tiada lain“tsamarotul ilmi, al amal”. Sudahkah bertambahnya ilmumu menambah amalmu? Dan sepatutnya pula kau merasa takut jika pohon ilmu yang telah kau tanam itu ternyata tidaklah berbuahkan amal, karena sungguh Nabimu telah memperingatkan:

“Tidak akan bergeser telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai ia ditanyai tentang empat perkara –salah satunya—tentang apa yang ia amalkan dari ilmunya?” [2]

Engkau kah lulusan Mahad Ilmi itu?
Sepatutnya pula kau bertanya kembali pada dirimu, sudahkah rasa takut mu bertambah pada Allah dengan bertambahnya ilmu mu? Bukankah hakikat ilmu itu takut pada Allah, sebagaimana perkataan Masruq:
“Cukuplah ilmu bagi seseorang dengan takut kepada Allah” [3]

Bahkan Allahlah yang berfirman:
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah orang-orang yang berilmu.” [4]

Engkau kah lulusan Mahad Ilmi itu?
Kuharap kau sadar akan kewajibanmu untuk menyebarkan ilmu yang telah kau dapati itu. Dr. Anas Ahmad berkata:

“Wajib bagi para penuntut ilmu untuk bersemangat menyebarkan ilmu di antara manusia, mengingatkan manusia tentang urusan agama mereka, memperingatkan mereka agar tidak lalai dari agama dan tidak bermaskiat...” [5]

Allah pun berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan yang jelas dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilaknat oleh Allah dan dilaknat pula oleh semua mahkluk yang dapat melaknat” [6]

Engkau kah lulusan Mahad Ilmi itu?
Sekali jangan kau merasa sombong dengan ilmu yang kau miliki itu. Alangkah indahnya nasihat Umar bin khattab:

“Pelajarilah ilmu, belajarlah dengan tenang dan lemah lembut, rendah dirilah kalian dengan orang yang kalian ajari, dan rendah dirilah kalian dengan orang yang mengajari, janganlah kalian menjadi orang yang berilmu yang sombong...” [7]

Engkau kah lulusan Mahad Ilmi itu?
Sepatutnya kau sadar dirimu itu manusia. Manusia mana pula yang tidak punya lupa? tentu kau memilikinya. Minimalkan lah lupamu itu dengan mengulang-ulang apa yang telah kau pelajari. Tiada lain agar kau tetap menjaga ilmu yang telah kau dapati. Alangkah indah pengibaratan yang diberikan oleh Ja’far bin Muhammad:

“Hati itu bagaikan tanah, ilmu bagaikan tanamannya, dan mengulang-ngulang bagaikan air siramannya, maka apabila tanah tidak mendapatkan air siramannya, tentu tanamannya akan layu” [8]

Pun Az Zuhri berkata:
“Sesunnguhnya ilmu itu hilang karena lupa dan karena tidak diulang-ulang” [9]

Engkau kah lulusan Mahad Ilmi itu?
Senantiasalah engkau menengadah tangan pada Pencipta mu, agar kau senantiasa diberi ilmu yang bermanfaat dan di jauhkan dari ilmu yang tidak bermanfaat.
“ Allahhumma inna nas aluka ‘ilman nafi’a wa na’dzubika min ilmiin laa yanfa’ ’’

----
Sekedar nasihat untuk diri saya pribadi dan ikhwah sekalian yang telah menyelesaikan studi di Mahad Ilmi. Bukan maksud untuk menghakimi ikhwah dan membanggakan diri. Hanya sekedar mengevaluasi diri pribadi.

Tak terasa dua tahun kita menjalani Mahad Ilmi. Tentu akan ada dari kita yang berpisah setelahnya. Semoga perpisahan kita setelahnya itu adalah perpisahan yang terjaga dari perpecahan. Amin.

[1] HR Ahmad (5/196), Abud Dawud (3641), At Tirmidzi (2682), dll
[2] HR At Tirmidzi (2417)
[3] Lihat Adab Tholibil ‘Ilmi, hal 47
[4] QS Fatir 28
[5] Lihat Adab Tholibil ‘Ilmi, hal 93
[6] QS Al Baqoroh 159
[7] Lihat Adab Tholibil ‘Ilmi, hal 46
[8] Lihat Adab Tholibil ‘Ilmi, hal 115
[9] ibid.

Referensi: Kitabul ilmi’ karya Syaikh Al ‘Utsaimin, Adab Tolibil Ilmil karya Dr. Anas Ahmad, Tasmarotul ‘Ilmi Al Amal karya Syaikh Abdur Rozaq Al Badr, Jam’ul Mahsul Fi Syarhi Risalah Ibni Sa’di Fil Ushul karya Syaikh Abdullah Al Fauzan.

Muhammad Rezki Hr, Pogung Dalangan, 22.50 WIB, 16 Juni 2012.