Tentang
Syirik Akbar[1]
Pengertian
Syirik dan pembagiannya
Syirik adalah lawan
dari tauhid. Jika yang dimaksud dengan tauhid adalah mengesakan dan
mengkhususkan Allah dalam hal perbuatannya (rububiyah), dalam hal ibadah
(uluhiyah), dan dalam hal nama dan sifatnya (asma’ wa sifat),
maka syirik adalah kebalikannya, yaitu menyekutukan Allah dalam hal yang
sebenarnya menjadi kekhususan bagi Allah, baik dalam hal perbuatannya (rububiyah),
dalam hal ibadah (uluhiyah), atau dalam hal nama dan sifatnya (asma’
wa sifat).
Syirik dalam hal
perbuatan (rububiyah) Allah
adalah meyakini adanya makhluk selain Allah yang mampu mencipta, mematikan,
menyembuhkan orang sakit, mendatangkan rizki, mendatangkan bencana, dll yang
sebenarnya perbuatan tersebut adalah hak Allah. Syirik dalam hal ibadah (uluhiyah)
adalah melakukan ibadah kepada selain Allah baik ibadah itu berupa do’a,
menyembelih, tawakkal, bersedekah, dll. Adapun syirik dalam nama-nama
dan sifat (asma’ wa sifat) Allah adalah meyakini bahwa adanya makhluk
yang memiliki nama dan sifat yang itu sebenarnya adalah kekhususan bagi Allah
semisal mengetahui hal yang gaib.
Menurut kadarnya,
syirik terbagi dua, yaitu syirik akbar (besar) dan syirik asghor (kecil).
Syirik akbar adalah menyekutukan Allah dalam kekhususan-Nya (yaitu dalam rububiyah,
uluhiyah, dan asma’ wa sifat) yang mengakibatkan batalnya keislaman
pelakunya. Sedangkan syirik asghor adalah menyekutukan Allah dalam kekhususan-Nya
akan tetapi –berdasarkan al qur’an dan hadits– tidaklah menyebabkan keislaman
pelakunya batal. Pada kesempatan kali ini akan dibahas lebih lanjut mengenai
syirik akbar.
Konsekuensi
Syirik akbar
Selain menyebabkan
batalnya keislaman seseorang, ada beberapa konsekuensi yang akan didapatkan
oleh orang yang melakukan syirik akbar, diantaranya:
Menutup
Pintu Surga
Pelaku
syirik akbar telah Allah haramkan untuk masuk surga dan tempatnya di akhirat
adalah neraka –wal ‘iyadzubillah–. Hal ini sebagaimana firman
Allah :
“Sesungguhnya
orang-orang yang menyekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya
surga, dan tempatnya kelak adalah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim
itu seorang penolongpun.” (QS. Al maidah: 72)
Menutup
Pintu Ampunan Allah
Barang
siapa mati dalam keadaan belum bertaubat dari perbuatan syirik akbar, maka ia
telah menutup pintu ampunan dari Allah, sebagaimana Allah berfirman:
“Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang
selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.”
(QS.An Nisa’ : 48)
Mengahapus
Seluruh Amalan
Akan
sia-sialah seluruh amalan yang pernah dilakukan oleh seseorang yang melakukan
syirik akbar –jika ia tidak bertaubat–, sebagaimana firman Allah
“Jika
kamu menyekutukan Allah, niscaya akan terhapuslah seluruh amalmu dan tentulah
kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS.Az zumar: 65)
Contoh-contoh
Syirik Akbar
Padahal syirik akbar
adalah perbuatan dosa yang paling besar dosanya, perbuatan zolim yang paling
zolim, dan perbuatan kufur yang paling kufur, akan tetapi masih banyak di
antara kaum muslimin di zaman ini yang masih terjerumus ke dalam perbuatan ini.
Berikut di antara contohnya:
Menyembelih
untuk Selain Allah (Tumbal)
Menyembelih
hewan/kurban adalah di antara bentuk ibadah kepada Allah, sebagaimana Allah
memerintahkan dalam surat Al Kautsar:
“Maka
dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah!” (QS.Al Kautsar: 2)
Sesuatu yang Allah
perintahkan maka itu adalah ibadah. Karena menyembelih hewan/kurban adalah ibadah
maka sembelihan tersebut haruslah ditujukan kepada Allah semata. Betapa banyak
kita lihat pada zaman sekarang ini, termasuk di Indonesia, kaum muslimin yang
melakukan sembelihan bukan untuk Allah, akan tetapi untuk jin atau ‘makhluk
gaib’ yang dianggap menunggui suatu tempat. Misalnya adalah sembelihan yang
menjadi syarat sebelum dibangunnya sebuah gedung atau jembatan di suatu tempat
yang diyakini apabila syarat tersebut tidak dipenuhi, ‘penunggu’ tempat
tersebut akan murka. Perbuatan semacam ini jelas merupakan sebuah perbuatan syirik
akbar.
Ngalap
Berkah
Yang berhak dan mampu
mendatangkan keberkahan kepada seorang makhluk hanyalah Allah semata. Jika
demikian, tidak semestinya seorang makhluk meminta berkah kepada selain Allah,
atau juga meminta berkah kepada Allah dengan cara yang tidak pernah Allah dan
Rasul-Nya ajarkan. Bahkan berdasarkan banyak ayat Al Qur’an dan hadits meminta
berkah kepada selain Allah tergolong ke dalam perbuatan syirik akbar. Betapa
banyak orang yang mengharap berkah kepada pohon yang dianggap suci, batu yang
dianggap mistis, bangunan dan tempa yang dianggap keramat. Walaupun orang-orang
yang mengharap berkah dari benda-benda tersebut berkeyakinan bahwa Allahlah
yang mendatangkan berkah, perbuatan seperti ini tetap tidak benar karena Allah
dan Rasul-Nya tidak pernah memerintahkan untuk melakukan hal tersebut.
Berdo’a
kepada Selain Allah
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
“Do’a itu ibadah.”
(HR.Ahmad dan Tirmidzi, hasan shahih)
Karena
do’a adalah ibadah maka wajib hanya ditujukan kepada Allah semata. Di zaman ini
betapa banyak orang yang berdo’a kepada wali, orang solih, atau kiai yang telah
mati. Jangankan kepada wali, orang solih, atau kyai, berdo’a kepada Nabi
Muhammad yang merupakan makhluk paling mulia saja adalah perbuatan terlarang
yang merupakan di antara bentuk syirik akbar. Walaupun orang-orang yang berdo’a
kepada selain Allah tersebut berkeyakinan Allahlah yang mengabulkan do’a,
sementara wali, orang solih, atau kyai tersebut hanyalah perantara agar Allah mau
mengabulkan, maka hal tersebut tetaplah tercela di sisi Allah. Sebagaimana
Allah dalam Al Qur’an mencela orang-orang musyrik yang berkata:
‘Sesungguhnya kami
tidak menyembah mereka, melainkan hanya supaya mereka mendekatkan kami kepada
Allah dengan sedekat-dekatnya’ ” (QS. Az-Zumar : 3)
Kerancuan
Soal Syirik Akbar
Ada beberapa anggapan
yang tidak benar yang menyebar di kaum muslimin saat ini terkait syirik akbar.
Berikut di antaranya:
Anggapan bahwa Syirik Akbar itu Hanya dalam Rububiyah
Ada anggapan bahwa syirik itu hanyalah terjadi
dalam hal rububiyah Allah dan tidak ada syirik dalam hal uluhiyah
dan asma’ wa sifat Allah. Sehingga yang namanya syirik
hanyalah jika seseorang beranggapan
bahwa ada tuhan dan pencipta selain Allah. Anggapan seperti ini tidak benar dan
bertentangan dengan apa yang didakwahkan dan diajarkan oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah tidaklah mendakwahi
orang-orang kafir dari bangsa arab yang melakukan syirik dalam hal rububiyah,
akan tetapi orang-orang kafir tersebut melakukan syirik dalam hal uluhiyah.
Orang kafir arab adalah orang-orang yang telah meyakini bahwa Allah adalah
pencipta alam semesta, namun mereka masih didakwahi dan diperangi oleh Rasulullah karena mereka melakukan
kesyirikan dalam hal ibadah mereka, sebagaimana Allah berfirman:
“Katakanlah (kepada
kaum musyiriki), ’Kepunyaan siapakah bumi ini dan semua yang ada padanya jika
kamu mengetahui?’ Mereka (kaum musyrikin) akan menjawab, ‘Kepunyaan Allah’.”
(QS. Al Mu’minun: 84)
Anggapan bahwa Syirik Akbar Hanya Menyembah
Berhala
Adalagi
anggapan bahwa yang namanya syirik akbar itu adalah jika seseorang menyembah
berhala sebagaimana orang-orang musyrik
pada zaman Rasulullah yang menyembah berhala. Anggapan ini tentulah tidak
benar, Allah berfirman:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah semata dengan memurnikan ibadah kepada-Nya” (QS. Al
Bayyinah: 5 )
Maka ibadah apapun itu
jenisnya haruslah ditujukan kepada Allah dan jika ditujukan kepada selain Allah
maka tergolong dalam perbuatan syirik akbar. Sedangkan ibadah maknanya sangat
luas, sebagaimana ulama’ menjelaskan bahwa ibadah itu mencakup seluruh yang
dicintai Allah dan diridhoi oleh Allah, baik itu berupa amalan atau pun
perkataan, baik yang sifatnya tampak (amalan lisan dan anggota badan) atau tidak
tampak (amalan hati). Maka jika ada seseorang yang bertawakkal (menyandarkan
diri, termasuk amalan hati) kepada selain Allah, maka itu juga tergolong dalam
syirik akbar. Meskipun orang tersebut tidak melakukan amalan berupa sesembahan
kepada berhala.
Anggapan
bahwa Tidak Perlu Lagi Memperingatakan Umat tentang Syirik Akbar
“Tidaklah perlu lagi kita mendakwahkan kepada umat islam tentang syirik
akbar karena mereka sudah mengucapkan dua kalimat syahadat” atau “syirik akbar
itu kan sudah jelas, lebih baik kita berdakwah tentang yang lain”, begitulah di
antara anggapan yang tidak benar yang menyebar pada kaum muslimin. Bukanlah demikian yang diajarkan oleh Nabi
kita shallallahu
‘alaihi wa sallam. Beliau adalah orang yang sangat takut
umatnya terjerumus dalam kesyirikan sehingga beliau memerintahkan agar tauhid senantiasa didakwahkan dan syirik
senantiasa diperingatkan. Sesungguhanya perbuatan syirik itu adalah perbuatan
yang sangat samar sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam:
“Kesyirikan itu lebih
samar daripada rayapan semut” (HR. Abu Ya’la dan
Ibnul Mundzir, Sahih).
Ditambah
lagi di zaman ini, perbuatan yang pada hakikatnya kesyirikan dikemas
seakan-akan bukanlah perbuatan kesyirikan. Perbuatan berdo’a kepada orang solih
atau wali yang telah mati dinamakan sebagai ‘wujud kecintaan kepada orang
solih’. Mengunjungi dan mengharap berkah dari kuburan wali atau orang solih
dinamakan sebagai ‘wisata rohani’ atau ‘wisata religi’. Maka hal ini
menunjukkan bahwa memperingatkan umat islam akan bahaya kesyirikan adalah
sesuatu yang penting. Bahkan peringatan ini semakin lama semakin dibutuhkan
karena perbuatan kesyirikan semakin lama akan semakin merajalela, sebagaimana
sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Tidak
akan terjadi hari kiamat, sehingga segolongan besar dari ummatku cenderung pada
orang-orang musyrik dan ikut beribadah pada berhala”.
(HR.Tirmidzi)
Anggapan bahwa Tobatnya Pelaku Syirik Akbar Tidak
Diterima
Diantara
anggapan yang tidak benar pula terkait syirik akbar adalah anggapan bahwa
pelaku syirik akbar tidak akan diterima taubatnya oleh Allah. Anggapan ini
tidak benar berdasarkan firma Allah:
“Katakanlah:
"Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53)
Juga sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam: “Sesungguhnya Allah akan senantiasa menerima taubat
seorang hamba selama ruh belum sampai di tenggorakan (belum dicabut nyawanya)”
(HR. Ibnu Majah, Ahmad, & Tirmidzi, Hasan)
Demikian pembahasan
yang singkat ini. Semoga kita dijauhkan dari perbuatan menyekutukan Allah. Allahu
a’lam.
[1]
Disusun oleh Muhammad Rezki Hr untuk diterbitkan di Buletin At Tauhid
Yogyakarta edisi 20 Januari 2012
COMMENTS