Perkembangan Strategi Pembangunan Dunia[1]

Performa ekonomi dari negara berkembang dianggap gagal memenuhi harapan dari teori pembangunan. Memang benar pertumbuhan GNP per kapita dari negara berkembang telah lebih baik dari yang diharapkan, yaitu rata-rata sekitar 3,4% per tahun selama tahun 1950-1975. Akan tetapi, meskipun pertumbuhan GNP per kapita tinggi, kemiskinan dan ketertinggalan masih saja menjadi masalah yang besar di negara-negara berkembang. Dan merupakan fakta pula bahwa memang 33% dari penduduk negara berkembang telah meningkat income per kapitanya menjadi tiga kali lipat sebagai hasil dari pembangunan yang telah dilakukan. Akan tetapi, bagi 40% penduduk negara berkembang lainnya income per kapita mereka hanya meningkat satu sampai dua dolar amerika dalam setahun.

Dua fakta di atas merupakan di antara banyak fakta yang menunjukkan bahwa pertumbuhan yang menjadi harga mati bagi negara berkembang selama ini (1950-1970an), tidak terdistribusi secara merata di negara berkembang. Ketidakmerataan dan angka kemiskinan terus meningkat di dunia. Hal tersebut tidak hanya dialami negara berkembang dengan tingkat pertumbuhannya lambat, tapi juga dialami negara-negara dengan tingkat pertumbuhan yang cepat. Hal inilah yang menyadarkan banyak pihak bahwa ada yang salah dengan strategi pembangunan yang selama ini digunakan.

Tujuan Pembahasan
Tujuan Pembahasan dari paper ini adalah menawarkan strategi alternatif dari strategi pembangunan yang selama ini dipakai (selama 1950-1960an) dan telah dianggap gagal. Akan tetapi, sebelum menawarkan konsep alternatif tersebut, penulis paper ini, Eddy Lee, terlebih dahulu mendeskripsikan tentang bagaimana “world development strategies” yang selama ini digunakan. Lee juga mendeskripsikan berbagai kendala strategi ini dalam memecahkan permasalahan-permasalahan kemiskinan dan ketertinggalan. Lee mendeskripsikan “world development strategies”  yang selama ini dipakai dengan mendeskripsikan target of set dari strategi tersebut, instrumen untuk mencapai target, dan hasil yang didapatkan. Kemudian Lee membawakan dua buah strategi yang lahir sebagai hasil dari evaluasi terhadap strategi pembangunan yang selama ini dipakai. Setelah itu, barulah Lee menjelaskan mengenai strategi alternatif yang ditawarkan, yaitu Basic-Needs Strategies.

Strategi Pembangunan yang Selama ini Digunakan (1950-1960an)
Target utama dari strategi pembangunan yang selama ini dipakai dunia internasional adalah maksimalisasi tingkat pertumbuhan nasional. Hal ini menyebabkan pertumbuhan dianggap sangat urgen dan merupakan pekerjaan yang mendesak untuk dilakukan oleh negara-negara berkembang. Pertumbuhan diyakini bisa dicapai dengan melakukan akumulasi modal dan industrialisasi. Agar terjadi akumulasi modal dan industrialisasi maka cara yang dianggap terbaik untuk mencapainya adalah dengan meningkatkan tingkat investasi dan mengurangi “capital output ratio”. Oleh karena itulah yang seluruh kebijakan pembagunan berorientasi pada pemikiran : bagaimana caranya memanipulasi instrumen fiskal dan moneter agar tingkat ‘saving’ bisa meningkat. Pembangunan di bidang lainnya hanya diarahkan untuk menunjang keberhasilan pembangunan ekonomi dan mengikuti irama pembangunan.

“National Growth Strategy” ini percaya bahwa dengan adanya progres ekonomi seperti yang diharapakan (yaitu terus tumbuhnya GNP) akan memberikan dampak positif bagi seluruh lapisan ekonomi. Tidak hanya dianggap akan menyebabkan terjadinya distribusi income secara otomatis, tapi juga strategi ini dalam jangka panjang dianggap akan mampu meningkatkan income golongan miskin. Akan tetapi anggapan tersebut sebagian besarnya tidak benar. Faktanya, gap ekonomi antar negara semakin besar, distribusi income yang diharapkan berjalan sangat lambat, sementara kemisikinan dan ketidakmerataan semakin meningkat dengan cepat. Pertumbuhan dan pemerataan seringkali menjadi dua kutub strategi pembangunan yang saling mengabaikan.

Evaluasi Ulang dari Strategi yang Selama ini Digunakan
Menurut Lee, ada dua strategi alternatif yang terbaik sebagai jawaban dari kegagalan strategi pembangunan yang selama ini gunakan, yaitu : Employment Oriented Strategy dan Redistribution With Growth Srategy.

Employment Oriented Strategy merupakan strategi yang digagas oleh ILO. Dalam strategi ini, “unemployment” dan “underemployment” dinilai sebagi penyebab utama kemiskinan, sehingga yang menjadi concern dari strategi ini adalah angkatan kerja produktif. Semua kebijakan pembangunan yang dikeluarkan diharuskan employment oriented sehingga diharapkan akan terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja. Dengan meningkatnya daya serap tenaga kerja ke sektor produktif, income kaum miskin diyakini akan meningkat dan pada akhirnya akan terjadi pemerataaan.

Redistribution With Growth Srategy merupakan strategi alternatif yang ditawarkan oleh World Bank. Pemikiran dasar dari strategi ini adalah bahwa penyebab kemiskinan yang tetap terjadi sementara GNP terus meningkat adalah kurangnya akses kaum miskin ke aset produktif. Aset produktif disini bisa diartikan dengan kesempatan bekerja, atau kesempatan untuk mengolah dan memanfaatkan sumber daya. Orientasi kebijakan pembangunan dari strategi ini adalah bagaimana caranya meningkatkan akses kaum miskin ke aset produktif.

Employment Oriented Strategy dan Redistribution With Growth Srategy inilah yang mendasari lahirnya strategi alternatif baru, yaitu Basic-Needs Strategies.

Komentar
Keberhasilan pembangunan yang ditinjau dari tolak ukur klasik tersebut tidak sepenuhnya mampu mencerminkan kenyataan hidup yang sebenarnya di dalam masyarakat. Angka-angka indikator yang ditunjukkan dengan GNI /GDP/GNP tidak cukup peka dalam mengungkapkan state of mind masyarakat. Hal ini menyadarkan pentingnya indikator pembangunan yang digunakan untuk mengukur tingkat pembangunan, dan juga menimbulkan pertanyaan besar, apa sebenarnya indikator pembangunan?  Apa indikator yang bisa mengungkapkan state of mind masyarakat?

Kegagalan strategi pembangunan yang digunakan pada dekade 1950-1960an menyebabkan adanya redefinisi dari pembangunan. Pembangunan disadari tidak lagi hanya menekankan pada pertumbuhan, tapi juga harus menekankan pada pemerataan. Employment Oriented Strategy, Redistribution With Growth Srategy,dan  Basic-Needs Strategies adalah strategi baru yang muncul pada dekade 1960-1970an sebagai tanda adanya redefinisi pembangunan. Namun kenyataannya, strategi-strategi tersebut juga tidak sepenuhnya berhasil. Kemiskinan dan ketimpangan tetap saja terjadi.  Hal inilah yang kemudian kembali mendorong dunia untuk kembali mengevaluasi strategi pembangunan. Hasilnya, pada dekade 1970-1980 terjadi perubahan dasar pada fokus ekonomi pembangunan. Dekade ini lebih dikenal dengan istilah ‘kebangkitan ekonomi neoklasik’ (resurgence of neoclasical economics). Pada dekade ini disadari bahwa teori pembangunan sebenarnya tidak bisa berlaku secara universal, akan tetapi berlaku sesuai kondisi masing-masing negara. Sehingga yang menjadi fokus kajian pada dekade ini adalah  pengidentifikasian faktor penyebab mengapa terjadi perbedaan tingkat kinerja ekonomi dari setiap negara.



[1] Tulisan ini adalah bahan presentasi saya untuk mata kuliah Ekonomi Wilayah dan Pendanaan-MPKD yang saya ringkas dari setengah bagian pertama artikel berjudul Basic-Needs Strategies : A Frustrated Response to Development from Below ? Karya Eddy Lee (1977). Adapun komentarnya saya ringkaskan dari Buku : Ekonomi Pembangunan Karya Lincolin Arsyad.