Mengagungkan Sunnah Nabi[1]
Pengertian Sunnah
Sunnah memiliki
kedudukan yang sangat agung dalam Islam. Bagaimana tidak? Sunnah adalah
penjelas dan penjabar Al Qur’anul Kariim. Sunnah juga merupakan sumber hukum kedua
dalam islam setelah Al Qur’an. Tanpa memahami sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seseorang tidak
akan bisa mengamalkan islam dengan baik dan benar. Sunnah yang dimaksud
bukanlah sunnah menurut istilah fikih yang merupakan lawan dari makruh. Dalam
fikih sunnah artinya sebuah amalan yang apabila dilakukan akan mendapatkan
pahala, apabila ditinggalkan tidak mendapatkan dosa. Akan tetapi sunnah yang
dimaksud dalam pembahasan ini adalah segala sesuatu yang bersumber dari
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, baik itu ucapan beliau, perbuatan beliau, ataupun ketetapan
beliau. Secara umum, manusia di dalam menyikapi sunnah Nabi terbagi menjadi 3
golongan :
1. Golongan
yang Mengagungkan Sunnah Nabi dengan benar
Golongan yang mengagungkan sunnah Nabi dengan benar adalah golongan
orang-orang yang mau mempelajari, meneladani, dan mengamalkan sunnah beliau.
Orang-orang dari golongan ini sadar bahwa mereka telah bersyahadat : “Asyhadu
Anna Muhammadarrasulullah” (aku bersaksi bahwasanya Muhammad adalah utusan
Allah) konsekuensinya mereka harus mengagungkan sunnah Nabi. Mereka menempuh
jalan yang benar dalam mengagungkan sunnah Nabi. Jalan yang benar dalam
mengagungkan sunnah Nabi adalah dengan mempelajari, meneladani, dan mengamalkan
sunnah beliau.
Imam Al Qadhi ‘Iyadh Al Yahshubi berkata, “Ketahuilah bahwa
barangsiapa yang mengaku mencintai sesuatu, maka dia akan mengutamakannya dan
berusaha meneladaninya. Kalau dia tidak melakukannya, maka berarti dia tidak
dianggap benar dalam kecintaanya dan dianggap hanya mengaku-ngaku saja tanpa
bukti nyata. Maka orang yang benar dalam pengakuan kecintaannya kepada (sunnah)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang jika telah
terdapata bukti kecintaan tersebut pada dirinya. Bukti kecintaan kepada (sunnah)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang utama adalah dengan
meneladani beliau, mengamalkan sunnahnya, mengikuti semua ucapan dan
perbuatannya, melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangannya, serta menghiasi
diri dengan adab-adab yang beliau contohkan, dalam keadaan susah maupun senang
dan lapang maupun sempit.” (Asy Syifa bi Ta’riifi Huquuqil Mushthafa, dikutip
dari www.muslim.or.id)
Golongan yang pertama ini adalah orang-orang yang faham betul
dengan firman-firman Allah :
“Dan tidaklah pantas bagi
seorang mukmin dan mukminah untuk memiliki pilihan yang lain apabila Allah dan
Rosul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan.”
(Al-Ahzab:36)
“Barang siapa mentaati Rasul, maka sungguh ia telah mentaati
Allah.”(An-Nisa:80)
“Segala apa yang dibawa Rasul, maka ambillah. Dan segala apa yang
dilarangnya, maka tinggalkanlah.” (Al-Hasyr:
7)
Diantara orang-orang yang termasuk kedalam golongan ini adalah para
sahabat Nabi . Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Anas bin
Malik berkata :
“Tidak ada seorang pun yang paling dicintai oleh para sahabat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi beliau (Nabi) shallallahu
‘alaihi wa sallam. Akan tetapi jika mereka melihat Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, mereka tidak berdiri untuk menghormati beliau, karena
mereka mengetahui bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
membenci perbuatan tersebut.” (HR At Tirmidzi dan Ahmad)
Dari perkataan Anas bin Malik tersebut kita juga bisa mengetahui
para sahabat adalah orang yang paling mencitai dan mengagungkan sunnah Nabi.
Dan mereka adalah orang yang paling tahu bagaimana cara mengagungkan dan
mencintai sunnah Nabi. Maka sepatutnya kita menjadikan cara para sahabat
sebagai contoh di dalam kita mengagungkan sunnah Nabi.
2. Golongan
yang Mengagungkan Sunnah Nabi dengan Cara yang Salah
Golongan yang kedua ini adalah orang-orang yang tahu bahwasanya
mengagungkan sunnah Nabi adalah sebuah kewajiban namun mereka tidak mengetahui
cara yang benar di dalam mengaggungkan sunnah Nabi. Mereka mengaggungkan sunnah
Nabi dengan cara-cara yang tidak diajarkan dan dilarang oleh syariat islam.
Mereka membuat acara-acara / perayaan-perayaan yang tidak dicontohkan oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan juga tidak pernah dilakukan
oleh para sahabat Nabi. Sehingga pada hakikatnya apa yang mereka lakukan
bukanlah mengagungkan sunnah beliau. Diantara contoh acara / perayaan yang
tidak benar yang dilakukan oleh orang-orang yang termasuk dalam golongan ini
untuk mengagungkan sunnah Nabi adalah dengan melakukan perayaan Maulid Nabi.
Orang-orang tersebut melakukan perayaan maulid Nabi dengan tujuan mengagungkan Nabi
dan sunnahnya. Namun, jika perayaan tersebut baik, pasti para sahabat telah
melakukannya karena para sahabatlah orang yang paling mencintai dan
mengagungkan beliau dan sunnahnya. Sedangkan para sahabat tidak pernah dikisahkan
melakukan acara / perayaan maulid nabi.
Contoh salah yang lain dalam mengagungkan sunnah beliau adalah
dengan memuji dan mensifati beliau dengan cara berlebihan, dengan menganggap
beliau memiliki kemampuan tertentu yang sebenarnya Allah tidak memberikan
kemampuan tersebut. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :
“Janganlah kalian memuji diriku secara berlebihan dan melampaui
batas, sebagaimana orang-orang Nashrani melampaui batas dalam memuji Nabi Isa
bin Maryam, karena sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba Allah, maka
katakanlah : (Muhammad) hamba Allah dan Rasul-Nya.” (HR Al Bukhari)
3. Golongan yang Meremehkan Sunnah Nabi
Golongan ketiga adalah orang-orang yang meremehkan dan mengejek
sunnah Nabi. Mereka menolak dan tidak mau beramal dengan sunnah Nabi, bahkan
mengejek sunnah Nabi dan mengejek orang-orang yang mengamalkannya. Inilah
golongan yang paling jelek. Banyak sekali kita temui orang-orang yang tidak mau
beramal dengan sunnah Nabi, minum sambil duduk misalnya, padahal minum sambil
duduk adalah sunnah Nabi, bahkan beliau melarang kita minum sambil berdiri.
Betapa banyak juga orang mengejek sunnah Nabi dan mengejek orang-orang yang
mengamalkan sunnah Nabi. Orang-orang yang mau memelihara jenggot diejek sebagai
kambing, orang yang mau memakai pakaian yang tidak menutupi mata kaki diejek
kebanjiran, dan ejekan-ejekan lainnya yang pada hakikatnya adalah mengejek
sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Abu Abdillah Muhammad bin Ismalil At-Taimy juga bercerita : “Aku
pernah membaca dalam sebagian kisah, bahwa pernah ada seorang ahlul bid’ah
tatkala mendengar sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam :
“Apabilah salah seorang di antara kamu bangun dari tidurnya, maka
janganlah ia mencelupkan tangannya ke dalam bejana sehingga ia mencucinya
terlebih dahulu, karena dia tidak mengetahui di mana tangannya bermalam.”
Maka ahli bid’ah tersebut berkata dengan nada mengejek : “Aku
mengetahui di mana tanganku bermalam di atas tempat tidur !!” Pada suatu
pagi, didapati orang tersebut bangun tidur dalam keadaan tangannya telah masuk
ke dalam duburnya sampai ke pergelangan tanganya (Ta’zhimus sunnah, karya Abdul
Qoyyum As-Suhaibani). Inilah sebagian hukuman yang diberikan oleh Allah secara
langsung kepada orang yang mengejek dan meremehkan sunnah Nabi.
Penutup
Itulah tiga golongan manusia dalam menyikapi sunnah Nabi. Diantara
tiga golongan tersebut tentunya sikap yang benar adalah sikap yang pertama, yaitu
golongan yang mengagungkan sunnah Nabi dengan cara yang benar. Wajib
mengagungkan sunnah Nabi karena hal tersebut merupakan konsekuensi yang harus
kita tunaikan ketika telah mengucapkan syahadat “Asyhadu anna muhammadar
rasulullah” (Aku bersaksi bahwasanya muhammad adalah utusan Allah). Jika
kita tidak mengagungkan sunnah Nabi maka syahadat kita tidak sempurna, sehingga
mengagungkan sunnah Nabi hukumnya adalah wajib bagi setiap muslim. Dengan cara
yang benar maksudnya adalah harus sesuai dengan aturan syariat islam dan meneladani
apa yang dilakukan oleh para sahabat. Para sahabat Nabi adalah orang-orang yang
paling mencintai dan mengagungkan sunnah Nabi, sehingga sepatutnya kita
mengikuti jalan mereka dalam mengagungkan sunnah Nabi.
Adapun golongan kedua mereka mengagungkan sunnah nabi dengan cara
yang tidak benar, dengan cara yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Sikap
tersebut tentunya terlarang karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barang siapa beramal dengan sebuah amalan yang tidak ada contohnya dari kami,
maka amalan tersebut tertolak” (HR Muslim). Sedangkan golongan ketiga yang
tidak mau mengagungkan sunnah Nabi dan mengejek sunnah beliau, maka sikap
tersebut dilarang keras dalam islam, sebagaimana Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barang siapa yang tidak menyukai sunnahku, bukanlah ia termasuk
golonganku” (HR Bukhori
dan Muslim).
Demikian pembahasan yang singkat ini. Semoga kita diberi kemudahan
oleh Allah untuk bisa mengagungkan sunnah Nabi kita dengan cara yang benar,
sebagaimana cara yang pernah ditempuh oleh para sahabat.
[1]
Disusun oleh Muhammad Rezki Hr untuk diterbitkan di Buletin At Tauhid Yogyakarta edisi 17
Juni 2011.
COMMENTS