Asyhadu alla ilaaha illallah
Wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah


Setiap hari, dua kalimat tersebut selalu dikumandangkan dalam adzan, iqomah, khutbah, ceramah, dan pembicaraan-pembicaraan lainnya. Setiap hari pula, kita sebagai seorang muslim membacanya ketika kita sholat. Namun, sudahkah kita faham akan maknanya?

Dua Kalimat Syahadat Merupakan Syarat Sah Islam

Suatu ketika, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus salah seorang sahabatnya, yaitu Mu’adz bin Jabal, untuk meng-islam-kan sekelompok orang yang tinggal di negeri Yaman. Sebelum Sahabat Mu’adz bin Jabal berangkat, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengajarinya bagaimana caranya meng-islam-kan orang-orang tersebut. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berpesan kepada Mu’adz bin Jabal :

“Ajaklah mereka agar mau bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, dan bahwasanya aku adalah utusan Allah. Apabila mereka telah melakukan hal tersebut (bersyahadat) maka beritahulah kepada mereka bahwasanya Allah telah mewajibkan kepada mereka solat lima waktu sehari semalam. Lalu apabila mereka telah melakukan hal tersebut, maka beritahulah kepada mereka bahwasanya Allah telah mewajibkan kepada mereka untuk mensedekahkan harta mereka, yang sedekah tersebut diambil dari orang-orang kaya dari mereka, dan diberikan kepada orang-orang miskin dari mereka” (HR Bukhori)

Dari hadits di atas, kita bisa mengambil pelajaran bahwasanya bersaksi dengan dua kalimat syahadat adalah syarat sah islam. Solat dan zakat barulah diperintahkan setelah mereka mau bersaksi dengan dua kalimat syahadat. Jika mereka tidak mau bersaksi, maka solat, zakat, dan amalan-amalan lainnya tidak akan diterima oleh Allah Ta’ala.
Makna Syahadat

Syahadat artinya adalah persaksian. Dalam hal ini, persaksian barulah dianggap sebagai sebuah persaksian ketika telah mencakup tiga hal :
1. Megilmui dan meyakini kebenaran yang dipersaksikan
2. Mengucapkan dengan lisannya
3. Menyampaikan persaksian tersebut kepada yang lain (Mutiara Faedah Kitab Tauhid Karya Abu Isa)

Persaksian tidaklah cukup diucapkan dengan lisan saja, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang munafik yang diancam oleh Allah dengan adzab neraka. Orang-orang munafik mengucapkan dua kalimat syahadat dengan lisan mereka, namun hati mereka tidak membenarkannya. Allah Ta’ala berfirman :

“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami bersaksi bahwasanya engkau benar-benar Rasul Allah". dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya engkau benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwasanya orang-orang munafik itu benar-benar pendusta.” (QS Al Munafiquun : 1)

Makna Asyhadu alla ilaaha illallah

Asyhadu alla ilaaha illallah artinya adalah aku bersaksi bahwasanya tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Dalam syahadat ini terdapat penafiaan (peniadaan) sesembahan selain Allah dan penetapan bahwasanya sesembahan yang benar hanyalah Allah semata. Adalah sebuah kenyataan bahwasanya di dunia ini terdapat banyak sesembahan selain Allah. Ada orang yang menyembah kuburan, pohon, batu, jin, wali, dan lain-lain. Akan tetapi semua sesembahan tersebut tidak berhak untuk disembah, yang berhak disembah hanyalah Allah semata. Allah berfriman :

“yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya Allah Dialah (tuhan) yang haq dan Sesungguhnya segala sesuatu yang mereka seru selain Allah, itulah yang batil. Dan Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha besar.”(QS Al Hajj : 62)

Dan Allah juga berfirman :
“Maka barangsiapa yang ingkar kepada sesembahan selain Allah dan beriman pada Allah, sungguh dia telah berpegang pada tali yang sangat kuat.” (QS. Al Baqarah:256)”

Makna Muhammadar Asyahadu anna Rasulullah

Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah artinya adalah aku bersaksi bahwasanya Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah Rasul Allah. Rasul maknanya adalah seseorang yang diberi wahyu oleh Allah berupa syari’at dan ia diperintahkan untuk mendakwahkan syari’at tersebut (Syarah Arba’in an Nawawiyah Karya Syaikh Al ‘Utsaimin). Terdapat lebih dari 300 Rasul yang pernah diutus oleh Allah, namun yang kita bisa ketahui namanya dari Al Qur’an dan Hadits hanyalah 25 Rasul. Rasul yang pertama adalah Nuh ‘alaihis salam (HR Bukhori dan Muslim) dan Rasul yang terakhir adalah Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

“Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tanganNya! Tidaklah mematuhi aku salah seorang dari umat ini, baik itu Yahudi atau pun Nasrani, lalu ia meninggal sementara ia tidak beriman dengan apa yang aku bawa, kecuali ia menjadi bagian dari penduduk neraka”(HR Muslim)

Perlu diingat, selain beliau adalah seorang Rasul Allah, beliau juga berstatus sebagai Hamba Allah. Maka di satu sisi kita harus mencintai dan mengagungkan beliau sebagai seorang Rasul, namun di sisi lain kita tidak boleh mengagungkan beliau dengan pengagungan yang berlebihan. Beliau bersabda :

“Sesungguhnya aku hanyalah hamba, maka sebutlah: hamba Allah dan Rasul-Nya.”

Beliau Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam tidaklah boleh kita anggap memiliki sifat-sifat yang berlebihan, atau menganggap beliau memiliki sifat-sifat yang hanya dimiliki oleh Allah, semisal : menganggap beliau mengetahui perkara yang ghaib, menganggap beliau mampu mengabulkan do’a kita, menganggap beliau mampu menghilangkan kesulitan kita, dan lain-lain.

Apakah cukup diucapkan saja?

Ketahuilah, jika seseorang telah bersaksi dengan dua kalimat syahadat, ada hak dan kewajiban yang harus ia lakukan. Diantara hak yang didapatkannya adalah haramnya darah dan hartanya. Maksudnya, seseorang yang telah bersaksi dengan dua kalimat syahadat tidak boleh untuk diperangi, ditumpahkan darahnya, dan dirampas hartanya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia, sampai mereka mau bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, dan mendirikan sholat, serta menunaikan zakat. Apabila mereka telah melakukan hal tersebut, mereka telah menjaga darah dan harta mereka dariku, kecuali dengan hak islam. Adapun hisab mereka adalah urusan Allah Ta’ala”(HR Bukhori dan Muslim)

Adapun kewajiban yang harus dilakukan adalah :
1. Kewajiban setelah bersaksi Asyahadu alla ilaaha illallah
Konsekuensi setelah seseorang bersaksi Asyahadu alla ilaaha illallah adalah ia wajib meninggalkan segala bentuk peribadahan dan ketergantungan hati kepada selain Allah. Seluruh ibadah haruslah ia lakukan ikhlas kepada Allah semata. Dan juga, ia wajib memiliki sikap mencintai orang-orang yang bertauhid (menyembah Allah semata) dan membenci orang yang berbuat syirik (menyekutukan Allah).
2. Kewajiban setelah bersaksi Asyahadu anna Muhammadar Rasulullah
Adapun seseorang yang telah bersaksi Asyahadu anna Muhammadar Rasulullah maka konsekuensinya ia wajib membenarkan segala yang dikabarkan oleh Rasulullah tanpa meragukannya, melakukan apa yang Beliau perintahkan, menjauhi apa yang beliau larang, mendahulukan dan menghormati sabda beliau dari pada perkataan selain beliau, beribadah kepada Allah sesuai tuntunan beliau, tidak menambah-nambah ajaran beliau, serta melahirkan sikap cinta terhadap orang yang taat dengan sunnah beliau dan benci terhadap orang yang mengingkari sunnah beliau. Dan termasuk pula meyakini beliau sebagai penutup para Nabi dan Rasul, tidak ada lagi nabi setelah beliau.

Keduanya Harus Bersamaan

Belumlah sah keislaman seseorang jika ia hanya bersaksi dengan salah satu dari dua kalimat syahadat saja. Didalam banyak ayat di dalam Al Qur’an Allah menggandengkan ketaatan kepada diri-Nya dengan ketaatan kepada Rasul-Nya. Diantaranya, Allah berfirman:
“Katakanlah: ‘Taatilah Allah dan Rasul-Nya’.” (QS. Ali Imran:32)
Juga didalam banyak hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menggandengkan ketaatan kepada diri Allah dengan ketaatan kepada Rasul-Nya (sebagaimana beberapa hadits di atas) yang menunjukkan bahwasanya dua kalimat syahadat haruslah digandengkan.
Dari sini, para Ulama’ menarik kesimpulan bahwasanya tidaklah sah amal ibadah seseorang kecuali memenuhi dua syarat, yaitu : Ikhlas dan Ittiba’. Ikhlas adalah konsekuensi dari syahadat Asyahadu alla ilaaha illallah. Maksudnya amal ibadah seseorang tidak akan diterima jika ia tujukan kepada selain Allah, atau jika ia campuri ibadah kepada Allah dengan ibadah kepada selain Allah. Amal ibadah seseorang akan diterima jika hanya kepada Allah semata. Adapun Ittiba’ adalah konsekuensi dari syahadat Asyahadu anna Muhammadar Rasulullah. Maksudnya amal ibadah seseorang juga tidak akan diterima oleh Allah jika ia beramal ibadah dengan suatu cara yang tidak dicontohkan dan diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Amal ibadah tersebut akan diterima Allah jika sudah mencocoki apa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Jadi, islam seseorang akan sempurna dan amal ibadah seseorang akan diterima jika telah mengumpulkan kedua hal tersebut.

Dua Kalimat Syahadat Bisa Batal

Dua kalimat syahadat yang telah dipersaksikan oleh seseorang bisa saja batal jika ia melakukan amalan-amalan yang bisa membatalkannya. Amal-amalan tersebut bisa berupa perkataan, perbuatan, keyakinan, atau keraguan. Contoh pembatal dua kalimat syahadat dengan perkataan adalah sebagaimana dulu pernah ada sekelompok orang yang mengolok-olok Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Lalu Allah menurunkan ayat :
“dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya Kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" tidak usah kamu minta maaf, karena kamu telah kafir sesudah beriman. “ (QS : At Taubah : 65-66)
Contoh pembatal dua kalimat syahadat dengan perbuatan adalah melakukan syirik akbar (besar), semisal menyembah kuburan, menyembelih hewan untuk jin, dan lain-lain. Sedangkan contoh pembatal dengan keyakinan adalah seseorang yang berkeyakinan bahwasanya sholat itu tidak wajib, padahal Allah da Rasulnya telah mewajibkannya. Adapun contoh pembatal dengan keraguan adalah seseorang yang ragu apakah Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam benar utusan Allah? Apakah Allah itu ada?. (diringkas dari Durus fi Syarh Nawaqidul Islam Karya Syaikh Soleh Al Fauzan)
Ada banyak amalan-amalan yang bisa membatalkan dua kalimat syhadat yang telah kita persaksiskan yang perlu diketahui dan diwaspadai. Contoh di atas hanya sebagiannya saja. Perlu pembahasan tersendiri untuk membahas tentang pembatal-pembatal syahadat.
Demikian pemabahasan yang singkat ini. Semoga Allah menjaga kita dari kemunafikan dan kekafiran. Dan semoga kita bisa beribadah ikhlas karena Allah semata dan bisa mengikuti tuntunan dari Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam.