Allah berfirman :
“Sesungguhnya kami memelihara kamu dari (kejahatan) orang-orang yang mengolok-olok kamu” [Al-Hijr: 95]



Berikut beberapa kisah tentang hukuman bagi orang-orang yang mengolok-ngolok sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam [Dikutip dari Kitab Ta’zhimus Sunnah karya Abdul Qoyyum bin Muhammad bin Nashir As-Suhaibani]:

Diriwayatkan oleh Salamah bin Al-Akwa’, pernah ada seseorang di sisi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang makan dengan tangan kirinya. Melihat perbuatan orang tersebut Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

“Makanlah dengan tangan kananmu”

Orang tadi menjawab:
“Saya tidak bisa”

Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mendoakan orang tersebut :
“Semoga kamu memang tidak akan bisa. Sesungguhnya tidak ada yang mengahalangimu menggunakan tangan kanan melainkan kesombongan. “

Akhirnya orang tersebut memang tidak bisa mengangkat tangan kanannya ke mulutnya. [HR Muslim No. 2021]

Dikisahkan pula oleh Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda :
“Tatkala seseorang berjalan dengan sombong dengan mengenakan dua burdahnya (jenis pakaian), maka Allah menenggelamkannya ke dalam bumi, dia dalam keadaan berbolak balik di dalamnya sampai hari kiamat”.

Maka berkatalah seorang pemuda kepada Abu Hurairoh dengan niat mengejek :
“Wahai Abu Hurairah apakah seperti ini jalannya orang yang ditenggelamkan Allah ke bumi itu?”

Sambil ia melenggang-lenggang dengan tangannya mempraktekkan. Orang itu tiba-tiba terjatuh. Hampir-hampir jatuhnya itu mematahkan tulang-tulangnya.

Dikisahkan pula oleh Abdurahman bin Harmala ada seorang lelaki datang kepada Sa’id bin Al-Musayyib dengan niat pamitan untuk berangkat haji atau umroh. Sa’id bin Al-Musayyib berkata kepada orang tersebut:

“Janganlah engkau berangkat sebelum engkau melakukan sholat, karena sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah keluar dari masjid setelah adzan melainkan seorang munafik, kecuali seseorang harus keluar karena keperluannya akan tetapi ia tetap berniat untuk kembali lagi ke masjid”

Lelaki tadi berkata:
“Sesungguhnya teman-temanku telah berada di Al-Harroh (nama sebuah tempat)”

Orang itupun akhirnya keluar. Belum selesai Sa’id menyayangkan kepergian orang tersebut, tiba-tiba dikabarkan bahwa orang tersebut telah terjatuh dari kendaraannya sehingga patah pahanya. [HR Abdur Rozaq No. 1945 dan Ad Darimi No. 446]

Abu Abdillah Muhammad bin Ismalil At-Taimy juga bercerita :
“Aku pernah membaca dalam sebagian kisah, bahwa pernah ada seorang ahlul bid’ah tatkala mendengar sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam :
Apabilah salah seorang di antara kamu bangun dari tidurnya, maka janganlah ia mencelupkan tangannya ke dalam bejana sehingga ia mencucinya terlebih dahulu, karena dia tidak mengetahui di mana tangannya bermalam.

Maka ahlu bid’ah tersebut berkata dengan nada mengejek:
“Aku mengetahui di mana tanganku bermalam di atas tempat tidur !!”

Pada suatu pagi, didapati orang tersebut bangun tidur dalam keadaan tangannya telah masuk ke dalam duburnya sampai ke pergelangan tanganya.

At-Taimy berkata:
”Hendaklah seseorang menjauhi perbuatan menganggap ringan terhadap sunnah serta keadaan-keadaan yang seharusnya ia cukup tawaqquf (diam) saja . Maka lihatlah akibat yang telah terjadi pada orang tersebut akibat ejekan perbuatannya”. [Bustanul ‘Arifin]

Abu Yahya As-Saji mengisahkan :
“Kami pernah berjalan di gang-gang di kota Bashroh untuk berkunjung ke rumah salah seorang Ahli Hadits. Maka kamipun mempercepat jalan kami. Melihat perbuatan kami ada seorang di antara kami yang jelek agamanya berkata: ”Angkatlah kaki kalian dari sayapnya para malaikat, janganlah kalian mematahkan sayap malaikat” (Kalimat bermakna ejekan). Orang tersebut akhirnya tidak bisa melangkah dari tempatnya sehingga mengering kedua kakinya dan kemudian terjatuh.” [Bustanul ‘Arifin]

Al-Qodhi Abu Thoyyib berkata :
“Kami pernah berada di sebuah majelis diskusi di Masjid Jami’ Al-Mansyur. Tiba-tiba datang seorang pemuda yang berasal dari derah Khurosan, kemudian bertanya tentang “Al-Mushorroh”. Pemuda tersebut meminta dalilnya, sampai akhirnya diberikanlah sebuah dalil (yaitu sebuat hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah). Pemuda tersebut mengatakan: “Abu Hurairah tidak dapat diterima riwayatnya….” belum selesai pemuda tersebut berbicara, tiba-tiba seekor ular yang sangat besar jatuh dari atap masjid. Orang-orangpun lari karenanya dan pemuda itupun juga lari darinya. Akan tetapi ular tersebut terus mengejar pemuda tadi. Orang-orang berteriak kepadanya: ”Bertaubatlah engkau! Bertaubatlah engkau!”, maka pemuda itupun berkata: ”Aku bertaubat “. Akhirnya ular itupun menghilang dan tidak terlihat bekas-bekasnya.”[Al Bidayah wan Nihayah dan Syiar a’lamun nubala’]

Semoga kita dijauhkan dari sikap meremehkan sunnah Nabi dan diberi kemudahan untuk mengamalkan sunnah beliau. [Masjid Pogung Raya, 16052011, 00:02,]