إذ أحس الرجل من أهله ما يريبه
فعليه التثبت قبل الإنكار
“Jika Seseorang Merasa Curiga dengan Keluarga/Saudaranya,
Hendaklah Dia Mengecek Terlebih Dahulu, Sebelum Mengingkarinya”

Itulah sepotong kalimat yang disampaikan oleh Syaikh ‘Abdullah Ali Bassam dalam kitabya Taisiirul ‘Allaam. Sepotong kalimat yang merupakan gambaran tentang sebuah adab dalam islam. Sebuah adab yang akhir-akhir ini mulai hilang dan mulai kita ditinggalkan. Sering kita, ketika melihat saudara/keluarga/teman kita melakukan suatu perbuatan yang kita curigai sebagai sebuah kebid’ahan/kemaksiatan, kita langsung mengingkarinya, tanpa mengecek terlebih dahulu, apa tujuan ia melakukannya?

Bahkan lebih jelek lagi, sebagian orang ketika melihat saudaranya melakukan suatu perbuatan yang ia curigai sebagai sebuah kebid’ahan/kemaksiatan, ia langsung mengingkarinya, dan langsung menyebarluaskannya (via internet dll), tanpa mau mengecek dulu apa tujuan saudaranya itu melakukannya.

Padahal, tidak begitu dalam islam. Tidak begitu yang diajarkan oleh Rasullullah Shallallaahu ‘alaihi wa salam. Rasullullah Shallallaahu ‘alaihi wa salam ketika melihat sahabatnya/keluarganya melakukan sebuah perbuatan yang dicurigai sebagai sebuah kemaksiatan, beliau tidak langsung mengingkarinya, tapi beliau selalu mengecek/menanyakan dahulu tentang perbuatan yang mencurigakan itu.

Sebagaimana dikisahkan dalam sebuah hadits (Bukhori (2647&5102) dan Muslim (1455)), suatu hari Rasullullah Shallallaahu ‘alaihi wa salam masuk ke rumah istrinya, ‘Aisyah. Waktu itu, beliau mendapati ‘Aisyah sedang berduaan dengan seorang laki-laki. Tapi lihatlah, apakah beliau langsung memarahi ‘Aisyah atau mencaci makinya (sebagaiman perbuatan sebagian orang) karena sedang berduaan dengan seorang lelaki di rumah? Tidak, beliau menanyai ‘Aisyah terlebih dahulu. Beliau berkata :
"يا عائشة، من هذا؟"
“Wahai ‘Aisyah! Siapa Lelaki ini?”

‘Aisyah pun menjawab : “ia adalah saudara sepersusuan ku”

Lalu lihat pula bagaimana sikap Rasullullah Shallallaahu ‘alaihi wa salam ketika melihat sahabatnya menggunakan gelang dari kuningan di tangannya yang dicurigai sebagai jimat (sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad (4/445)). Apakah beliau langsung mengingkarinya dan memarahinya? Jawabannya tidak, beliau bertanya dulu kepada sahabtnya tersebut :

"ما هذا؟"
“Apa ini?”

Sahabat tersebut pun menjawab : “Ini adalah jimat penangkal sakit” mendengar jawaban tersebut baru beliau mengingkarinya, dengan bersabda :

“Lepaskan itu! Sesungguhnya jimat itu hanya akan memberimu kelamahan. Dan jika seandainya engkau mati sedangkan jimat itu masih kau gunakan, maka engkau tidak akan beruntung selama-lamanya”

Banyak lagi riwayat yang menjelaskan tentang sikap Rasullullah Shallallaahu ‘alaihi wa salam yang mencek terlebih perbuatan sahabat/keluarganya yang mencurigakan. Semoga jadi pelajaran bagi kita semua.

*Sebuah nasihat untuk diri sendiri dan untuk kaum muslimin secara umum. Dan kami catat ini dari kajian Taisiirul 'Allaam bersama Al Ustadz Aris Munandar