PENGANTAR
Untuk mengetahui persepsi warga kota mengenai tingkat kenyamanan kota-kota besar di Indonesia, beberapa waktu yang lalu Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP) melakukan penelitian Indonesia Most Livable City Index 2009. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kenyamanan beberapa kota besar di Indonesia berdasarkan persepsi warga kota bersangkutan.

MEMAHAMI LIVEABLE CITY
Livable City merupakan sebuah istilah yang menggambarkan sebuah lingkungan dan suasana kota yang nyaman sebagai tempat tinggal dan sebagai tempat untuk beraktivitas yang dilihat dari berbagai aspek baik aspek fisik (fasilitas perkotaan, prasarana, tata ruang, dll) maupun aspek non-fisik (hubungan sosial, aktivitas ekonomi, dll).

Adapun Most Livable City Index merupakan sebuah indeks yang menunjukkan tingkat kenyamanan warga kota untuk tinggal, menetap dan beraktivitas di suatu kota yang ditinjau dari berbagai aspek kehidupan kota. Dari indeks tersebut dapat diketahui tingkat kenyamanan warga kota terhadap kualitas kota tersebut.


LOKASI PENELITIAN
Penelitian dilakukan di 12 kota besar, yaitu : Medan, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Banjarmasin, Palangkaraya, Pontianak, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Jayapura.

KRITERIA
Kriteria yang digunakan berdasarkan pada hasil Symposium Nasional : Masa Depan Kota Metropolitan Indonesia (Medan, 4 Desember 2008) yang menghasilkan 7 variabel utama perkotaan, yaitu : Fisik Kota, Kualitas Lingkungan, Transportasi – Aksesibilitas, Fasilitas, Utilitas, Ekonomi dan Sosial. Dari 7 variabel utama tersebut kemudian ditetapkan 25 kriteria penentuan liveable city, yaitu :

1 Kualitas Penataan Kota
2 Jumlah Ruang Terbuka
3 Perlindungan Bangunan Bersejarah
4 Kualitas Kebersihan Lingkungan
5 Tingkat Pencemaran Lingkungan
6 Ketersediaan Angkutan Umum
7 Kualitas Angkutan Umum
8 Kualitas Kondisi Jalan
9 Kualitas Fasilitas Pejalan Kaki
10 Ketersediaan Fasilitas Kesehatan
11 Kualitas Fasilitas Kesehatan
12 Ketersediaan Fasilitas Pendidikan
13 Kualitas Fasilitas Pendidikan
14 Ketersediaan Fasilitas Rekreasi
15 Kualitas Fasilitas Rekreasi
16 Ketersediaan Energi Listrik
17 Ketersediaan Air Bersih
18 Kualitas Air Bersih
19 Kualitas Jaringan Telekomunikasi
20 Ketersediaan Lapangan Pekerjaan
21 Tingkat Aksesibilitas Tempat Kerja
22 Tingkat Kriminalitas
23 Interaksi Hubungan Antar Penduduk
24 Informasi Pelayanan Publik
25 Ketersediaan Fasilitas Kaum Diffable

METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ditanyakan persepsi warga kota mengenai beberapa aspek kondisi eksisting kotanya masing-masing, sehingga dengan demikian masyarakat kota tersebut akan menjadi subjek dari penelitian ini. Jumlah responden yang disurvey sebanyak 100 responden di setiap kota dengan total keseluruhan 1200 responden.

TEMUAN PENELITIAN
Berdasarkan survey yang dilakukan terhadap warga di masing-masing kota diketahui bahwa Nilai rata-rata (mean) indeks adalah 54,17, dengan persepsi tingkat kenyamanan tertinggi di Kota Yogyakarta yaitu sebesar 65,34 dan persepsi kenyamanan warga yang paling rendah adalah Kota Pontianak dengan indeks 43,65.

Kota–kota dengan indeks diatas rata–rata adalah : Yogyakarta, Menado, Semarang dan Bandung. Sedangkan kota – kota dengan indeks dibawah rata-rata adalah Jayapura, Surabaya, Banjarmasin, Semarang, Medan, Palangkaraya, Jakarta, Pontianak. Berikut adalah indeks persepsi kenyamanan untuk setiap kota :

Indeks Persepsi Kenyamanan 12 Kota Besar Indonesia :
No Kota Index
1 Yogyakarta 65.34
2 Manado 59.9
3 Makassar 56.52
4 Bandung 56.37
Rata - Rata (Mean) 54.17
5 Jayapura 53.86
6 Surabaya 53.13
7 Banjarmasin 52.61
8 Semarang 52.52
10 Medan 52.28
9 Palangkaraya 52.04
11 Jakarta 51.9
12 Pontianak 43.65
Berdasarkan survey terhadap persepsi masyarakat yang telah dilakukan diketahui beberapa temuan yang cukup menarik, diantaranya adalah :

1. Untuk Kriteria Penataan Kota, Kota Palangkaraya memiliki angka prosentase tertinggi dipersepsikan oleh warganya memiliki penataan kota yang baik, yaitu sebanyak 51 %. Kota Palangkaraya meskipun masih jauh dari ukuran ideal, namun memiliki kondisi penataan kota yang cukup baik. Dari sudut pandang lain dapat dikatakan kapasitas akomodasi ruang Kota Palangkaraya terhadap pertumbuhan penduduk masih memadai.

Hal yang sebaliknya terjadi dengan Kota Bandung. Kota dengan persepsi terendah untuk aspek tata kota adalah Kota Bandung hanya 3 %. Artinya bahwa hanya 3 % responden warga Kota Bandung yang menganggap penataan kota Bandung baik, selebihnya 97 % menganggap aspek penataan Kota Bandung buruk. Angka 3 % ini merupakan angka terendah dari semua kriteria di semua kota, dan itu ada di Kota Bandung. Hal ini mengindikasikan bahwa warga Kota Bandung sangat tidak puas dengan kondisi penataan kota Bandung sekarang. Salah satu hal yang dapat dilihat secara kasat mata adalah indikasi komersialisasi kota yang bergerak terlalu jauh yang merampas ruang-ruang publik yang tentu hal ini dinilai tidak baik oleh masyarakat kota.
Tentu saja indikasi ini harus menjadi perhatian bagi semua stakeholder pembangunan Kota Bandung, baik pihak pemerintah, swasta, akademisi, praktisi dan pihak masyarakat dan swasta untuk ikut mengawal kondisi Tata Kota Bandung menuju penataan kota yang lebih baik.
Pada dasarnya, kepentingan umum seperti perasaan keteraturan, kenyamanan dan keamanan dapat terwujud dengan penataan yang terarah, teratur dan berkualitas. Sehingga dengan demikian kriteria penataan kota ini berdampak besar terhadap aspek kehidupan perkotaan lainnya.

2. Untuk Kriteria Ketersediaan Lapangan Kerja, Warga Kota Jakarta memiliki persepsi yang paling rendah, yaitu hanya 10 % responden warga Jakarta menilai ketersediaan lapangan kerja di Jakarta baik. Hal ini mengindikasikan bahwa meskipun sebenarnya aktivitas ekonomi yang sangat tinggi di Jakarta yang merupakan peluang bagi penciptaan lapangan kerja, tetapi lapangan kerja tersebut tidak sebanding dengan pertambahan penduduk yang sangat tinggi, sehingga tingkat kompetisi dalam mendapatkan lapangan kerja menjadi sangat tinggi.

3. Kota dengan persepsi warga paling nyaman adalah Kota Yogyakarta. Hampir pada semua kriteria, persepsi warga Kota Yogyakarta selalu diatas 30 %, kecuali untuk criteria ketersediaan lapangan kerja dan ketersediaan fasilitas untuk kaum difable. Budaya masyarakat Kota Yogya yang lembut, sopan, ramah, penurut dan tidak banyak menuntut merupakan salah satu alasan tingginya persepsi kenyamanan warga terhadap kotanya selain tentu saja pencapaian pembangunan kota yang telah dilakukan pemerintah bersama dengan warga kota Yogya.

4. Semua kota belum memberikan fasilitas yang memadai bagi penyandang cacat. Buruknya fasilitasi bagi penyandang cacat ini dapat diartikan pula bahwa semua kota belum memiliki fasilitasi yang baik bagi kaum manula dan ibu hamil, padahal mereka semua juga merupakan warga kota yang harus diperhatikan.

5. Kota Pontianak memiliki persepsi kenyamanan warga yang rendah hampir pada semua kriteria. Dari aspek fisik dapat dilihat bahwa Kota Pontianak memiliki lahan gambut yang sangat luas, hal ini berdampak pada keterbatasan areal pengembangan kota, limitasi bagi pengembangan infrastruktur dan ketersediaan air bersih. Aspek-aspek fisik tersebut menuntut adanya pendektan teknik yang khusus dan tidak bisa disamakan dengan kota – kota lainnya

DESKRIPSI HASIL PENELITIAN

Deskripsi Kota Yogyakarta
• 5 kriteria paling nyaman : Hubungan interaksi antar penduduk, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, jaringan telekomunikasi, ketersediaan listrik.
• 5 kriteria paling tidak nyaman : Ketersediaan fasilitas kaum difabel, ketersediaan lapangan kerja, pencemaran lingkungan, ketersediaan RUANG TERBUKA HIJAU, penataan kota
• Persepsi kenyamanan < 20 % : -

Deskripsi Setiap Aspek

1. Fisik Kota (Kualitas Penataan Kota, Ketersediaan RUANG TERBUKA HIJAU, Perawatan Bangunan Bersejarah)
• 3 Kota dirasakan paling nyaman : Yogyakarta, Palangkaraya, Menado
• 3 Kota yang dirasakan kurang nyaman : Bandung, Semarang, Medan

2. Kualitas Lingkungan (Kebersihan Lingkungan, Pencemaran Lingkungan)
• 3 Kota dirasakan paling nyaman : Menado, Palangkaraya, Yogyakarta.
• 3 Kota yang dirasakan kurang nyaman : Bandung, Jakarta, Makassar

3. Transportasi (Jalan, Angkutan Umum)
• 3 Kota dirasakan paling nyaman : Yogyakarta, Menado, Jayapura
• 3 Kota yang dirasakan kurang nyaman : Pontianak, Jakarta, Semarang

4. Fasilitas Umum (Fasilitas Kesehatan, Pendidikan, Rekreasi)
• 3 Kota dirasakan paling nyaman : Yogyakarta, Bandung, Jakarta
• 3 Kota yang dirasakan kurang nyaman : Palangkaraya, Pontianak, Jayapura

5. Infrastruktur Utilitas (Listrik, Air, Telekomunikasi)
• 3 Kota dirasakan paling nyaman : Yogyakarta, Makassar, Bandung
• 3 Kota yang dirasakan kurang nyaman : Pontianak, Medan, Jayapura

6. Ekonomi (Kesempatan dan Akses Terhadap Pekerjaan)
• 3 Kota dirasakan paling nyaman : Menado, Bandung, Surabaya
• 3 Kota yang dirasakan kurang nyaman : Jakarta, Makassar, Pontianak

7. Aspek Sosial (Tingkat Kriminalitas, Informasi Pelayanan, Interaksi Warga)
• 3 Kota dirasakan paling nyaman : Menado, Yogyakarta, Jayapura
• 3 Kota yang dirasakan kurang nyaman : Jakarta, Pontianak, Surabaya

*Diringkas dan disesuaikan dari http://www.iap.or.id/_data/_download/MLCI%20BOOK.pdf