Dari ‘Urwah bin Zubair, bahwasanya ‘Aisyah istri Nabi shallallaahu ‘alaihi was salam berkata :
Sekumpulan orang yahudi pernah datang menemui Rasulullah shallallaahu ‘alaihi was salam, lalu sekumpulan orang yahudi tadi berkata :
“Assaamu ‘alaikum (kematian bagimu)”
Aku pun paham dengan maksud perkataan mereka, maka aku pun menjawab :
“ ’Alaikumus saamu wal la’nah (untuk kalian pula kematian dan laknat)”
(mendengar perkataan itu) Rasulullah shallallaahu ‘alaihi was salam pun bersabda :
“ Sabar wahai ‘Aisyah! Sesunggunnya Allah mencintai kelemah lembutan dalam setiap urusan”
Dan aku (‘Aisyah) pun berkata :
“ Wahai Rasulullah shallallaahu ‘alaihi was salam apakah engkau tidak mendengar apa yang mereka katakan?”
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi was salam pun menjawab :
“Sesungguhnya aku telah menjawabnya dengan ‘wa’alaikum’ (dan untuk kalian pula kematian)”
Hadits ini shohih diriwayatkan imam Bukhori, Muslim, An Nasa'i, Ahmad, dan Ibnu Hibban.
Faedah :
1. Menggambarkan sabarnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi was salam , hal ini terlihat ketika beliau mendapat celaan dari orang kafir beliau tetap sabar.
2. Menggambarkan cerdasnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi was salam dan ‘Aisyah Rodhiyallahu ‘anha karena sadar akan perbuatan orang yahudi yang memelesetkan “Assalamu’alaikum” menjadi “assamu’alaikum”. Jika tidak dengan kecerdasan, hal tersebut tidak akan disadari karena “Assaamu’alaikum” bunyi lafaznya mirip dengan “Assalamu’alaikum”
3. Dianjurkannya menasihati istri dan juga kaum muslimin secara umum.
4. Dianjurkannya bersifat lemah lembut, sebagaimana sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi was salam di atas,
“Sesunggunnya Allah mencintai kelemah lembutan dalam setiap urusan”
5. Tercelanya sifat kasar, termasuk di dalamny adalah berkata-kata kasar.
6. Hadits ini dalil bahwasanya Allah mempunyai sifat ‘mencintai’. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi was salam di atas,“Sesunggunnya Allah mencintai kelemah lembutan...”
Tidak seperti anggapan sebagian orang bahwasanya Allah tidak mempunyai sifat mencintai, tetapi Allah hanya dicintai. Anggapan ini adalah anggapan yang salah. Yang benar Allah juga mempunyai sifat mencintai. Akan tetapi yang perlu diperhatikan adalah bahwasanya sifat mencintai Allah berbeda dengan sifat mencintai makhlukNya. Sifat mencintai Allah sesuai dengan kadar keagungan dan kebesaranNya.
7. Penjelasan tentang hukum menjawab salam dari orang kafir. Namun hukum menjawab salam orang kafir perlu dirinci. Kurang tepat jika dibahas di sini.
8. Anjuran untuk memperhatikan salam dengan baik, baik salam yang diucapkan oleh orang lain maupun yang diucapkan oleh kita sendiri. Bisa jadi kita ingin mengucapkan “Assalamu’alaikum” karena terburu-buru menjadi “assamu’alaikum” atau menjadi lafaz yang lainnya.
9. Larangan berbuat zholim, walaupun terhadap orang kafir. Sebagaimana ‘Aisyah Rodhiyallahu ‘anha yang dinasihati oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi was salam karena telah zholim terhadap orang yahudi. Orang yahudi hanya mengucapkan “Assaamua’alaikum (kematian bagimu) “ namun ‘Aisyah Rodhiyallahu ‘anha membalasnya dengan balasan yang lebih, yaitu dengan mengucapkan,
“’Alaikum saamu wa la’nah (untuk kalian pula kematian dan laknat)”.
Yang benar adalah membalasnya dengan balasan yang setimpal sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi was salam.
10. Dianjurkan untuk mengingkari kesalahan yang dilakukan oleh orang lain, meskipun yang melakukannya adalah orang yang sangat dicintai. ‘Aisyah Rodhiyallahu ‘anha adalah wanita yang sangat dicintai oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi was salam dan anak dari manusia yang paling dicintai oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi was salam , yaitu Abu Bakar, namun ketika ‘Aisyah berbuat kesalahan, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi was salam tetap mengingkarinya dan menasihatinya.
11.‘Aisyah adalah perempuan yang sangat cerdas dan termasuk golongan sebaik-baik manusia, namun beliau tetap saja berbuat kesalahan, dan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi was salam tetap menasihatinya dengan baik. Lantas bagaimana dengan manusia yang hidup di zaman ini yang sangat berbeda dengan ‘Aisyah jika berbuat kesalahan? Maka kita lebih pantas untuk menasihatinya,
COMMENTS