Kampung Pogung[1]

Bersyukur aku pernah disinggahkan Allah di tempat seperti ini.

Tempat di mana masjid-masjidnya mengumandangkan adzan dengan sangat indah dan dengan sangat bersemangat, saling bersahut-sahutan.

Tempat dimana ketika aku berselisih jalan dengan seorang anak kecil yang sedang mengayuh sepedanya, maka ia akan berujar “Assalamu’alaikum Mas..”

Atau ketika aku berselisih jalan dengan seorang bapak tua dengan motor bututnya, juga akan berujar kalimat yang sama.

Tempat dimana jalan-jalan kampungnya dipenuhi oleh bekas jejak para lelaki yang berjalan menuju masjid.

Tempat dimana di setiap harinya tak pernah kosong dari majelis ilmu.

Tempat dimana para pengurus masjidnya sangat bersemangat menghidupkan sunnah.

Tempat dimana masjid-masjidnya selalu menyelenggarakan solat gerhana.

Tempat dimana masjid-masjidnya selalu mengadakan buka puasa bersama di hari-hari yang sangat dianjurkan untuk berpuasa.

Tempat dimana masjid-masjidnya tidak penuh ketika hari jumat dan hari ‘ied semata, tapi juga di banyak hari lainnya.

Tempat dimana ketika subuh hari masjid-masjidnya ramai akan suara para pembaca Al Quran.

Seperti perkampungan santri saja.
Padahal hanyalah kampung biasa yang tak beda statusnya dengan kampung lainnya.

Dan aku tahu, suatu hari kerinduanku akan membuncah kepada kampung ini.
Di hari di mana kaki ku tak lagi menemukan sejengkal tanahnya.

Semoga Allah merahmati para ulama’nya, para umara’nya, para pemakmur masjidnya, para pemudanya, dan para penduduknya seluruhnya.

Sungguh besar jasa mereka karena telah mau menerima kami dan memberikan ruang bagi kami untuk menempa diri.



[1] Muhammad Rezki Hr, Pogung Dalangan, 3 Februari 2013, 17:14 WIB.

Image Source: http://almishbah1431.files.wordpress.com/2012/05/masjid-pogung-dalangan.jpg