Aku Memang Aneh[1]
“Jangan kau takut melawan arus, lelayang justru
terbang tinggi karena melawan arus.”
Tak ada yang perlu engkau khawatirkan dengan cap
“aneh” yang diberikan sebagian manusia kepada mu. Apabila dengan keanehan mu
itu mereka mencelamu, mengejekmu, atau mengucilkanmu, semakin saja kau
menasihati dirimu, “Tak Perlu Khawatir”.
Acuhkan pula orang-orang yang tak bisa berfikir
objektif, yaitu orang-orang yang menjadikan aneh sebagai tolak ukur. Manakala
engkau berbuat aneh, maka engkau keliru di mata mereka. Manakala engkau bersikap
aneh, maka engkau sesat di mata mereka. Pun manakala engkau memutuskan sesuatau
aneh, maka engkau salah di mata mereka.
Duhai, apalah artinya keputusan dan sikap yang
populer? Berharap banyak teman? Berharap tenar? Tidak kah kalian pikir: Berapalah
usia di dunia ini? Berapa lama teman dan ketenaran itu akan menemani?
Selamanya? Sampai setelah mati? Takkan musnah dunia mu dengan hilangnya mereka.
Tak sedikit pun kau perlu khawatir dan cemas dengan pandangan-pandagan
seperti itu. Karena memang, benar-salah, keliru-tepat, sesat-tidak itu bukanlah
diukur dengan kacamata keanehan. Bahkan kau berikan saja rasa iba-mu untuk
mereka yang telah mencela, mengejek, dan megucilkanmu karena keanehanmu. Rasa
iba karena merekalah diantara yang menjadi penyebab sulitnya maju agama dan
bangsa kita ini. Bagaimana bisa?
Pernah engkau mendengar demonstration effect?
Sebuah efek pembangunan yang akan merugikan bagi mereka yang sedang berkembang.
Sebuah efek yang muncul karena tidak beraninya sebagian orang untuk menjadi
aneh. Sebuah efek yang muncul karena mereka yang hanya bisa dan ingin mengikuti
arus (meniru gaya barat). Sebuah efek bagi mereka yang menjadikan barat sebagai
nilai kekerenan. Tidak berani berbeda (baca: aneh). Celakanya. Berjalanlah efek
demonstrasi itu, dan terkurunglah kita dalam lingkar ketertinggalan.
Allah Ta’ala berfirman yang artinya:
“dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang
di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka
tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain
hanyalah berdusta (terhadap Allah)” (al An’am: 116)
COMMENTS